Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo

image-gnews
Massa merusak dan membakar mobil saat kerusuhan di Jalan Hasyim Ashari, Jakarta, 14 Mei 1998. Sejak kerusuhan meletus pada Rabu (13/5/1998), suasana Jakarta masih mencekam. Pada 14 Mei 1998, kerusuhan dan penjarahan melanda Ibu Kota negara, yang menyebabkan banyak WNI etnis Tionghoa mengungsi ke luar negeri.  dok.TEMPO/Bodhi Chandra
Massa merusak dan membakar mobil saat kerusuhan di Jalan Hasyim Ashari, Jakarta, 14 Mei 1998. Sejak kerusuhan meletus pada Rabu (13/5/1998), suasana Jakarta masih mencekam. Pada 14 Mei 1998, kerusuhan dan penjarahan melanda Ibu Kota negara, yang menyebabkan banyak WNI etnis Tionghoa mengungsi ke luar negeri. dok.TEMPO/Bodhi Chandra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 26 tahun silam, tepatnya 13 Mei 1998 bangsa Indonesia terguncang dengan tragedi kemanusiaan yang mencoreng sejarah, Kerusuhan Mei 1998 dan Tragedi Trisakti. Tragedi ini menjadi luka mendalam bagi bangsa, meninggalkan kenangan pahit tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), rasisme, dan kekejaman.

Kerusuhan Mei 1998, sebagai bagian dari gelombang perubahan besar-besaran, mencatat pelanggaran HAM yang memilukan. Dalam rentang waktu 13 hingga 15 Mei 1998, suasana panas kerusuhan menghantam berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta dan Solo, mengguncang sendi-sendi masyarakat.

12 Mei 1998

Berawal dari krisis moneter 1997-1998 yang melanda Indonesia, rakyat dilanda keresahan dan frustrasi. Di tengah situasi tersebut, aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998 menuntut perubahan dan reformasi.

Empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak dalam aksi demonstrasi yang semula damai. Mereka, Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.

13 Mei 1998

Kerusuhan bermula pada 13 Mei 1998, sehari setelah Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti. Kemarahan rakyat terhadap rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun dan krisis moneter 1997/1998 yang melumpuhkan ekonomi, meledak dalam aksi demonstrasi di berbagai daerah.

Di Jakarta, aksi berkabung di depan Universitas Trisakti dihalangi aparat keamanan, memicu amarah massa. Sebuah truk sampah yang ada di perempatan jalan layang Grogol dibakar, rambu-rambu dicabut dan pagar pembatas jalan dicabuti, bahkan gedung dan mobil di halaman parkir Mal Ciputra dirusak.

14 Mei 1998

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Jakarta, situasi kian memanas pada 14 Mei 1998. Kerusuhan mulai menyasar etnis Tionghoa, diwarnai dengan penjarahan, pembakaran toko dan rumah, serta pelecehan seksual. Kebencian dan sentimen anti-Tionghoa yang telah lama menumpuk, dipicu oleh tuduhan palsu bahwa etnis Tionghoa merupakan dalang krisis moneter.

15 Mei 1998

Puncak kerusuhan terjadi pada 15 Mei 1998. Sedikitnya 273 orang tewas terpanggang api di dua pusat perbelanjaan akibat dijarah dan dibakar massa, yakni Sentra Plaza Klender Jakarta Timur yang dikenal sebagai tragedi Mall Klender dan juga Ciledug Plaza Tangerang.

Suasana kerusuhan dan penjarahan di depan gedung Fujifilm di kawasan Matraman, Jakarta, pada pertengahan Mei 1998 lalu. Akibat kerusuhan dan penjarahan ini, aktivitas warga ibu kota lumpuh total pada saat itu. dok.TEMPO/Rully Kesuma

Tak hanya di Jakarta, kerusuhan serupa juga terjadi di kota lain seperti Solo, Medan, Palembang, dan Surabaya. Di Surakarta pada 15 Mei 1998, ribuan perusuh menjarah dan membakar pabrik, mobil, rumah, dan toko-toko etnis Tionghoa.

Bank-bank bahkan terpaksa ditutup karena ancaman pembakaran, perusuh juga memblokir jalan dari Semarang ke Surakarta. Kekerasan seksual terhadap perempuan Tionghoa menjadi puncak kekejaman, dengan korban dilecehkan, disekap, bahkan dibunuh secara biadab.

Kerusuhan Mei 1998 menelan korban jiwa mencapai 1.188 orang, dan setidaknya 85 wanita etnis Tionghoa dilaporkan mengalami pelecehan seksual. Luka mendalam dan trauma yang dialami para korban masih membekas hingga saat ini.

M RAFI AZHARI | DELFI ANA HARAHAP | HENDRIK KHOIRUL MUHID | NI MADE SUKMASARI
Pilihan editor: Amnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

3 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.


25 Tahun Tragedi Semanggi II, Yap Yun Hap Mahasiswa UI Tewas Disebut Tak Ada Pelanggaran HAM Berat

18 hari lalu

Mahasiswa yang tergabung dalam Senat Fakultas Hukum UNIKA Atma Jaya aksi tabur bunga pada foto mendiang Yap Yun Hap Mahasiswa Universitas Indonesia yang meninggal ditembak pada Tragedi Semanggi II di Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) Atma Jaya, Semanggi, Jakarta, Jumat, 24 September 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
25 Tahun Tragedi Semanggi II, Yap Yun Hap Mahasiswa UI Tewas Disebut Tak Ada Pelanggaran HAM Berat

Pada 24 September 1999, Tragedi Semanggi II menewaskan mahasiswa UI, Yap Yun Hap. Upaya menuntut keadilan temui jalan buntu.


372 Petugas Jaga Keamanan Arak-arakan Gotong Teopekong

21 hari lalu

Warga keturunan Tionghoa mengikuti arak-arakan gotong Toapekong pada Kirab Ritual Peh Gwee  di Tangerang, Banten, 31 Agustus 2014. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
372 Petugas Jaga Keamanan Arak-arakan Gotong Teopekong

372 petugas disiapkan untuk pengamanan arak-arakan Gotong Toapekong prosesi 12 Tahunan YMS Kwan In Hud Couw perkumpulan Boen Tek Bio Tahun 2024.


Tradisi Masyarakat Tionghoa Gotong Toapekong, Simak Pengalihan Arus Lalu lintas

22 hari lalu

Warga keturunan Tionghoa mengikuti arak arakan gotong Toapekong pada Kirab Ritual Peh Gwee di Tangerang, Banten, 31 Agustus 2014. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Tradisi Masyarakat Tionghoa Gotong Toapekong, Simak Pengalihan Arus Lalu lintas

Ritual Gotong Toapekong masyarakat Tionghoa yakni mengarak patung Dewi Kwan Im Hud Couw sebagai prosesi setiap 12 tahun sekali.


Kenali Jenis-jenis Kekerasan Seksual dan Ancaman Hukuman Bagi Pelakunya

42 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Kenali Jenis-jenis Kekerasan Seksual dan Ancaman Hukuman Bagi Pelakunya

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang.


Kapan Kita Harus ke Psikologi? Ini 5 Tanda yang Perlu Diketahui

47 hari lalu

Konsultasi Psikolog. shutterstock.com
Kapan Kita Harus ke Psikologi? Ini 5 Tanda yang Perlu Diketahui

Ketahui tanda-tanda harus ke psikolog. Apabila mengalami hal sulit, sebaiknya jangan dipendam dan segera mencari bantuan ke psikolog.


Kisah Keluarga Korban Bom Bali, Ni Luh Erniati: Hidup Setelahnya Tak Lagi Mudah

10 Agustus 2024

Ni Luh Erniati, keluarga korban Bom Bali I menceritakan bagaimana iabutuh waktu sangat lama berdamai dengan trauma berat dalam hidupnya. Foto: Ni Kadek Trisna Cintya Dewi/TEMPO
Kisah Keluarga Korban Bom Bali, Ni Luh Erniati: Hidup Setelahnya Tak Lagi Mudah

Tragedi Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 merenggut 203 korban jiwa, salah satunya adalah Gede Badrawan, suami Ni Luh Erniati. Berikut wawancaranya


Wawancara Keluarga Korban Bom Bali: 4 Bulan Menanti Kabar Suami yang Jadi Korban, Tak Mudah Pulih dari Trauma

8 Agustus 2024

Puing-puing bangunan dan mobil di sekitar Sari Club pasca ledakan bom di Jl. Legian, Kuta, Bali, 16 Oktober 2002. DOK/TEMPO/Hariyanto
Wawancara Keluarga Korban Bom Bali: 4 Bulan Menanti Kabar Suami yang Jadi Korban, Tak Mudah Pulih dari Trauma

Ni Luh Erniati butuh waktu lama untuk pulih dari trauma pasca peristiwa Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan suaminya. Begini kisahnya.


Penyebab Patah Tulang Tak Wajar dan Gejalanya

31 Juli 2024

Ilustrasi anak terluka/patah tulang. Shutterstock.com
Penyebab Patah Tulang Tak Wajar dan Gejalanya

Patah tulang biasanya disebabkan trauma berat, misalnya kecelakaan. Namun pada patah tulang yang tak wajar biasanya disebabkan trauma yang tak berat.


Sisa 1 Pasien, Begini Cara RS Bhayangkara Brimob Atasi Trauma Pasien Evakuasi dari RS Citra Arafiq

30 Juli 2024

Wakil Komandan Korbrimob Irjen Ramdani Hidayat didampingi Karumkit RS Bhayangkara Brimob Kelapa Dua Depok memonitoring langsung pasien yang dievakuasi dari RS Citra Arafiq, Kamis, 25 Juli 2024. Foto : Humas RS Bhayangkara Brimob
Sisa 1 Pasien, Begini Cara RS Bhayangkara Brimob Atasi Trauma Pasien Evakuasi dari RS Citra Arafiq

Pasca-kebakaran genset RS Citra Arafiq Rabu malam, 24 Juli 2024, sejumlah pasien yang dievakuasi mengalami trauma.