Pada kesempatan yang sama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, Rakornas Penanggulangan Bencana 2024 digelar bertepatan dengan peringatan 20 tahun Tsunami Aceh dengan mengambil tema pengembangan teknologi dan inovasi dalam penanggulangan bencana mengingat penanggulangan bencana secara umum masih dilakukan dengan cara tradisional dan konvensional. “Tantangan bencana ke depan kami sadari semakin kompleks dengan terjadinya perubahan iklim yang semakin terasa membuat dampak bencana semakin signifikan,” kata dia, Rabu, 24 April 2024.
Suharyanto mengatakan, tahun 2023 terjadi 5400 lebih kejadian bencana. “Angka ini naik 52 persen dari tahun sebelumnya dikarenakan perubahan iklim, urbanisasi, dan perubahan tata gun alahan. Namun demikian dari sisi dampak bencananya, baik itu terhadap jumlah korban jiwa meninggal, hilang, dan luka-luka, kerusakan infrastruktur seperti rumah bangunan pemerintah, fasilitas umum dan sosial menunjukkan tren penurunan yang signifikan,” kata dia.
Suharyanto mencontohkan korban jiwa akibat bencana alam sepanjang 2022 tercatat 9.628 jiwa, jumlahnya turun pada 2023 menjadi 6.061 jiwa. Sementara data kerusakan infrastruktur akibat bencana sepanjang 2022 sebesar 97.891 unit, pada 2023 turun 63 persen menjadi 35.933 unit. Luas lahan akibat bencana kebakaran hutan dan lahan tahun 2023 luasnya 1,16 juta hektare, turun 27 persen
"Hal ini berarti lahan terbakar tahun 2023 berkurang 27 persen dibandingkan periode El Nino lemah 2019 yang mencapai 1,6 juta hektare,” kata dia.
Suharyanto mengatakan, pada 2024 ini isu pangan juga menjadi perhatian. “Khusus di tahun ini memang kita menghadapi situasi pangan yang tidak mudah, ditambah juga dengan perubahan iklim yang terus bergerak. Apalagi, walaupun tidak ada ramalan dari BMKG akan ada El Nino, tapi kalau kita lihat perkembangan iklim yang tidak menentu ini kita juga khawatir terkait dengan pangan,” kata dia.
Menurut Suharyanto, sejak awal tahun hingga April 2024 ini jumlah bencana yang terjadi sudah ratusan. “Kalau di 2023 (didominasi) adalah hidrometerologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan, tapi di 2024 ini hidrometeorologi basah, artinya banjir dan tanah longsor di mana-mana,” kata dia.
Pilihan Editor: Putusan MK Sengketa Pilpres 2024: Respons Jokowi dan Ma'ruf Amin