TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Tata Kota dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (ITB), I Gusti Ayu Andani, mengungkapkan sejumlah faktor penyebab kemacetan muncul saat mudik.
Andani mengatakan penyebab kemacetan saat mudik sangat beragam dan kompleks.
"Di kota besar, sebut saja Jakarta dan Bandung, pada hari-hari biasa saja arus lalu lintas sudah sangat padat. Bisa dibayangkan, saat mudik, volume lalu lintas melonjak sangat signifikan. Jalan-jalan di beberapa kota mungkin tidak dirancang untuk menangani volume lalu lintas yang begitu besar," kata Andani lewat keterangan tertulis dikutip dari halaman web ITB, 7 April 2024.
Andani menyebut salah satunya karena pertumbuhan kota yang cepat dan tidak terkontrol, tanpa rencana tata ruang yang memadai. Hal ini menyebabkan pembangunan yang menyebar (urban sprawl) dengan infrastruktur yang tidak memadai untuk menunjang mobilitas yang efisien.
Di samping itu, kurangnya integrasi antara berbagai moda transportasi publik dan konektivitas menuju pusat-pusat permukiman menyebabkan banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang menambah volume lalu lintas. Hal ini ditambah pula dengan manajemen lalu lintas yang kurang efisien dalam mengatur arus kendaraan. Misalnya, kurang petugas untuk mengatur lalu lintas, sistem lampu lalu lintas yang tidak disesuaikan dengan volume kendaraan, atau kekurangan rambu-rambu lalu lintas yang memadai.
"Di beberapa daerah, mungkin ada sedikit atau tidak ada alternatif rute untuk mencapai tujuan tertentu, yang berarti semua lalu lintas terpaksa melewati beberapa titik choke yang sama dan memperparah kemacetan," kata dia.
Menurut Andani, jalan-jalan dengan kondisi buruk juga dapat memperlambat lalu lintas dan menyebabkan kemacetan, terutama ketika kendaraan harus mengurangi kecepatan atau menghindari lubang dan kerusakan jalan lainnya. Hal ini diperparah munculnya berbagai aktivitas di berbagai titik yang dilalui pemudik, contohnya pasar tumpah yang dapat mengurangi kecepatan berkendara.
Andani mengungkapkan volume lalu lintas saat mudik sangat tinggi dan belum sebanding dengan kapasitas jalan yang tersedia, termasuk dari segi kualitasnya. Terlebih, arus mudik di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi.
Urbanisasi
Selain masalah infrastruktur yang belum memadai, ia juga menyebut masalah urbanisasi menjadi salah satu pemicu kemacetan yang tidak terelakkan saat musim mudik.
Menurut dia, salah satu alasan utama seseorang pindah ke kota adalah mencari pekerjaan, pendidikan yang lebih baik, dan akses ke layanan serta fasilitas. Proses tersebut, seiring dengan berjalannya waktu dapat menciptakan konsentrasi populasi di wilayah perkotaan. Ketika memasuki musim mudik, masyarakat yang ada di perkotaan pun berbondong-bondong untuk kembali ke tempat asalnya.
"Mudik terjadi sebagai akibat langsung dari urbanisasi ini, karena individu yang telah pindah ke kota besar ingin kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan hari raya dengan keluarga dan teman," tutur Andani.
Berdasarkan laporan dari Kementerian Perhubungan, prediksi puncak mudik nasional terjadi pada Sabtu, 6 April 2024, sebanyak 23,2 Juta orang (11,98 persen); Ahad atau 7 April 2024 sebanyak 23,1 Juta orang (11,94 persen); serta H-2 atau Senin, 8 April 2024, sebanyak 26,2 juta orang (13,7 persen).
Pilihan Editor: Ini Pesan Jasa Marga bagi Pemudik yang Alami Kondisi Darurat di Tol