TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan 16 tersangka kasus dugaan korupsi timah dalam periode izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk dari tahun 2015 hingga 2022. Tiga orang direksi PT Timah pada periode itu juga menjadi tersangka. Sejumlah orang di luar PT Timah seperti Harvey Moeis dan Helena Lim, yang dikenal sebagai Crazy Rich PIK juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi tersebut.
Korupsi yang melibatkan PT Timah Tbk telah menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 271 triliun, termasuk kerugian ekologis, ekonomi lingkungan, dan biaya pemulihan lingkungan. Profil PT Timah Tbk dan rincian kasus yang melibatkannya adalah sebagai berikut.
Profil PT Timah Tbk
Perusahaan tambang timah, PT Timah Tbk, yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), didirikan pada 2 Agustus 1975. Sejak itu, perusahaan telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dan telah terdaftar di Bursa Efek sejak tahun 1995. Hal ini membuatnya menjadi salah satu perusahaan BUMN yang sangat dikenal di kalangan investor. Selain berperan sebagai produsen dan eksportir, PT Timah Tbk juga mengelola seluruh rangkaian bisnis pertambangan timah, mulai dari tahap eksplorasi hingga pemasaran.
Dilansir dari timah.com, PT Timah merupakan anggota holding dari BUMN Holding Pertambangan MIND ID. Sebagai Holding, MIND ID memiliki 65 persen kepemilikan saham PT Timah, sementara 35 persen sisanya dimiliki oleh publik. Perusahaan ini memiliki 125 izin usaha pertambangan (IUP) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Riau.
Mayoritas Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan terletak di Kepulauan Bangka Belitung. PT Timah memiliki IUP dengan luas total 472.912 hektare (ha), terdiri dari 288.638 ha di darat dan 184.274 ha di laut. Berdasarkan laporan kinerja perusahaan pada kuartal III/2023, sumber daya mineral timah yang tersimpan di wilayah operasional PT Timah mencapai 906.000 ton, dengan cadangan timah mencapai 344.000 ton. Menurut International Tin Association (ITA), PT Timah merupakan produsen timah olahan terbesar kelima di dunia.
Produksi bijih timah perusahaan hingga kuartal III/2024 mencapai 11.201 ton, mengalami penurunan 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi logam timah perusahaan juga mengalami penurunan 18 persen year-on-year (yoy) menjadi 11.540 metrik ton selama 9 bulan pertama 2023. Penurunan produksi tersebut juga mengakibatkan penurunan realisasi penjualan logam timah perusahaan sebesar 28 persen yoy menjadi 11.100 metrik ton.
Produksi logam timah perusahaan sebagian besar diekspor ke negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, India, China, Taiwan, Singapura, dan Malaysia. Selain itu, pasar penjualan logam timah TINS juga meliputi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Pilihan Editor: Berpendidikan Tinggi, Ini Profil 3 Direksi PT Timah yang Jadi Tersangka Korupsi