TEMPO.CO, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia gigit jari atas hasil pemilihan umum atau Pemilu 2024. Hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum atau KPU, PSI tak cukup suara untuk lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengatakan dibutuhkan perjuangan dan pengalaman bagi partai politik untuk lolos ke parlemen. Ujang melihat selama ini PSI belum cukup kerja keras dan hanya mengandalkan endorsement Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Tidak bisa hanya mengandalkan Jokowi,” kata Ujang saat dihubungi pada Rabu malam, 20 Maret 2024.
Berdasarkan hasil data rekapitulasi data KPU untuk pemilihan legislatif, PSI hanya mendapat 4.260.169 suara dari total 151.796.630 surat suara yang sah. Perolehan suara tersebut tidak mampu mengantarkan PSI membobol ambang batas.
PSI hanya mendapat 2,80 persen dari total suara yang sah. Angka itu masih jauh dari ambang batas parlemen 4 persen. Dengan hasil ini, tidak ada calon anggota legislatif yang bakal lolos ke DPR walau terpilih di daerah pemilihan.
Meski PSI mendapuk putra Jokowi, Kaesang Pangarep, sebagai Ketua Umum, Ujang menilai langkah itu tak cukup mampu mengerek suara partai hingga tembus 4 persen. Menurut Ujang, Kaesang juga banyak diragukan saat menjadi ketua umum karena tak cukup memiliki pengalaman.
“Mohon maaf, Kaesang hanya anak presiden. Tidak ada pengalaman di organisasi,” kata Ujang.
Senyampang itu, Ujang menyarankan agar PSI menerima hasil rekapitulasi KPU. Menurut dia, angka yang diperoleh PSI itulah sesungguhnya dukungan masyarakat. “Itu dukungan rakyat ke PSI, harus diterima,” kata Ujang.
>> Kata Kaesang Soal PSI tak Lolos Parlemen