TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Kiai Haji Ahmad Fahrur Rozi membela Agus Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam yang menyebutkan kondisi Palestina aman dan damai.
Pernyataan pendakwah muda NU yang sedang populer itu menimbulkan pro-kontra di kalangan warganet. Sebagian warganet bereaksi keras dengan menghujat mubalig kelahiran Blitar, 27 September 1993, itu. Sebab, saat ini Palestina masih mendapatkan serangan dari Israel.
Fahrur Rozi alias Gus Fahrur mengaku bisa memahami kemarahan publik terhadap Gus Iqdam. Namun kemarahan itu lebih dikarenakan mereka belum mengetahui kondisi faktual di Palestina dan lebih banyak menyerap informasi melalui media sosial. Sedangkan pemberitaan media massa tentang Palestina masih lebih proporsional.
“Saya berharap masyarakat jangan mudah diprovokasi berita hoaks. Apa yang diceritakan Gus Iqdam memang benar dan bukan berarti dia tidak membela Palestina. Saya yakin dia juga anti-Israel,” kata Gus Fahrur, yang sedang berada di Madinah bersama Gus Iqdam dan menghubungi Tempo melalui akun Whatsapp pada Kamis malam, 14 Maret 2024.
Fahrur Rozi, yang Ketua Ikatan Gus-Gus Indonesia, juga punya pengalaman serupa seperti yang diceritakan Gus Iqdam. Ia pernah mengunjungi Palestina bersama Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) pada 2005 dan 2010. Kini, Yahya dan Syaifullah masing-masing jadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PBNU Periode 2022-2027..
Selama ini, kata Fahrur, memang sering diberitakan soal tentara Israel melakukan kekerasan terhadap umat Islam yang sedang berada di dalam Baitul Maqdis atau al-Quds, tapi tidak setiap saat kekerasan itu terjadi.
Baitul Maqdis merupakan sebuah kompleks yang jadi tempat ketiga tersuci bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah. Bangunan-bangunan suci dalam Baitul Maqdis berupa Masjidil Aqsa atau Masjid al-Aqsa, Kubah Batu, dan Dinding Ratapan. Masjid al-Aqsa sendiri merupakan masjid ketiga yang dibangun setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Kata Fahrur, bagi orang-orang yang belum pernah ke Palestina, mungkin mengira Baitul Maqdis dan lokasi perang di Jalur Gaza satu area. Padahal, kedua tempat itu terpaut jarak ratusan kilometer. Keberadaan tentara Israel di depan Baitul Maqdis untuk berjaga dan memastikan para pengunjung yang hendak memasuki kompleks Masjidil Aqsa bukanlah orang-orang yang dilarang Israel.
Penjagaan oleh tentara Israel sangat ketat. Masjid dalam wilayah kontrol penuh tentara Israel sehingga tiada perlawanan bersenjata. Bahkan, Fahrur, Yahya dan Syaifullah seperti merasa dijahili tentara Israel saat berada di sana. Fahrur dan Yahya dites membaca surah al-Fatihah. Sedangkan Syaifullah disuruh baca surah al-Baqarah.
“Tentara Israel itu sengaja ngerjain kami untuk memastikan kami muslim apa bukan. Masjidil Aqsa berada di Yerusalem Timur yang dikontrol penuh oleh Israel. Jalan menuju masjid dijaga tentara bersenjata dan itu memang kontrol penuh mereka agar pengunjung yang tidak diinginkan atau terduga teroris versi mereka masuk ke dalam masjid,” ujar Fahrur, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Sebelumnya, beredar luas potongan video saat Gus Iqdam saat mengisi pengajian di Dusun Plosorejo, Desa Sukoharjo, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu, 6 Maret 2024. Video beredar melalui Youtube, Tiktok, dan platform media sosial lainnya.
Dalam video Gus Iqdam sedang menceritakan pengalamannya saat mengunjungi Palestina. Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam II dan pendiri Majelis Taklim Sabilu Taubah di Desa Karanggayam, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, ini sempat bertemu dengan Imam Baitul Maqdis dan sejumlah syekh di sana.
Pertemuan Gus Iqdam dengan pelbagai tokoh agama berlangsung sangat lancar tanpa gangguan apa pun. Gus Iqdam juga menceritakan tentara Israel yang berjaga di depan Baitul Maqdis beragama Islam—tidak semua warga Israel beragama Yahudi. Mereka tidak mengintimidasi atau menindas muslim yang hendak mengunjungi Baitul Maqdis.
Pilihan editor: Mahfud Md Bicara Kesiapan Pengajuan Gugatan ke MK: Banyak Pengacara Sudah Daftar