TEMPO.CO, Solo - Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md memimpin salawat badar dalam gelaran Hajatan Rakyat di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 10 Februari 2024. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu juga memanjatkan doa kepada Tuhan agar meridai perjuangannya bersama capres Ganjar dalam menjaga NKRI.
"Ridailah perjuangan kami, yakni perjuangan untuk menjaga berkat dan rahmat-Mu kepada negara persatuan dan kesatuan Indonesia, agar Indonesia terus maju dan menuju Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur," ujar Mahfud dalam doanya.
Dia juga berdoa Tuhan menjadikan Pemilu 2024 menjadi pemilu yang membuka pintu langit berkah untuk Indonesia. Dia berharap Indonesia akan dijauhkan dari kesewenang-wenangan dan kezaliman para pemimpinnya.
"Bukakanlah kalbu rakyat Indonesia untuk hadir di TPS dan memberikan suaranya pada Pemilu 2024 dengan hati yang tulus agar dapat memilih wakil-wakilnya di Pileg dan pimpinannya di Pilpres yang penuh barokah bagi Indonesia. Cawapres-cawapres tidak akan berarti apa-apa tanpa taufik dan hidayah-Mu," tuturnya.
Adapun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasinya secara singkat dalam gelaran kampanye bertajuk Hajatan Rakyat itu. Putri Presiden pertama RI Soekarno itu menyinggung tentang pemberian bantuan sosial kepada masyarakat pada saat Pemilu 2024.
Megawati mengingatkan agar jika ada pembagian bansos dalam Pemilu, masyarakat jangan langsung kepincut lalu menilai si pemberi bansos sebagai orang baik dan memilih orang itu.
Di tengah banyaknya orang yang mengeluhkan mahalnya harga beras saat ini, Megawati mengatakan semestinya warga berpikir mengapa ada orang yang bisa membagikan beras. "Sekarang kan pada ngeluh kok harga beras naik? Lho kok ada orang yang bisa bagi-bagi itu. Pertanyaan saya, uangnya itu dari mana, dari negara, lha kok kesengsem?" ucap dia.
Di sisi lain, Megawati mengingatkan tentang arti Pemilu bagi Indonesia. Menurutnya, pemilu ini hanya merupakan sebuah proses untuk mencari pemimpin yang benar.
Pilihan Editor: Persatuan Doktor Hukum Tuding Kritik Kampus ke Jokowi untuk Hambat Prabowo-Gibran