TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan mundurnya Mahfud Md sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan lantaran kecewa terhadap komitmen Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam menjaga netralitas di Pilpres 2024. Hasto menilai keputusan calon wakil presiden nomor urut 3 itu bijak yang didasarkan pada niat baik.
"Keputusan diambil dengan bijak, diambil dengan niat baik dan itulah yang telah dilakukan oleh Prof Mahfud MD,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis, 1 Februari 2024, seperti dalam keterangan tertulis.
Hasto yang juga Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud itu juga berharap langkah diambil Mahfud bisa menular dan ditiru oleh pejabat lainnya yang sedang berkontestasi di Pilpres 2024. Secara khusus, Hasto menyebut nama Prabowo Subianto yang menjadi calon presiden nomor urut 2 sekaligus Menteri Pertahanan.
"Semoga keteladanan integritas dari Prof Mahfud Md ini dapat menular, termasuk ke Pak Prabowo sehingga (mundur)," ujar Hasto.
Namun, Hasto menduga Prabowo tak akan bersedia melepas jabatannya sebagai Menteri Pertahanan untuk sekarang ini. Hasto menyebut anggaran di Kementerian Pertahanan terbilang sangat besar sehingga dibutuhkan keberanian untuk melepas jabatan dengan segala fasilitasnya.
"Ya meskipun anggaran di sana besar sekali, sehingga rasanya kalau (mengharap Prabowo) mundur dengan anggaran sebesar itu sayang. Tapi ini merupakan sikap (Pak Mahfud Md) yang gentleman," kata Hasto.
Mahfud akan temui Jokowi sore ini
Calon wakil presiden Mahfud Md menyinggung soal pertemuan dirinya dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi usai menyatakan akan mundur dari kabinet. Di sela-sela berkampanye di Lampung, Mahfud menyampaikan akan mengundurkan diri sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
“Hari ini saya mengumumkan akan menyampaikan surat resmi untuk presiden sepulang dari Aceh besok sore. Sesudah itu kita lihat perkembangannya. Tergantung hasil pertemuan saya dengan presiden,” kata Mahfud dalam acara “Tabrak, Prof” di Aceh pada Rabu malam, 31 Januari 2024.
Selain itu, Mahfud bercerita awal mula dirinya didapuk menjadi pembantu presiden pada 2019. Menurut Mahfud, presiden sempat memanggil dirinya dengan penuh kehormatan.
“Saya itu dulu diangkat presiden dengan penuh kehormatan. Presiden memanggil saya dan mempercayakan untuk mengurus Polhukam. Saya juga sangat menghormati beliau sehingga saya menerima tugas itu,” kata Mahfud.
Soal pilihan politik yang sekarang berbeda, Mahfud menegaskan, “Maka itu saya merasa harus ke pinggir dulu agar tidak mengganggu jalannya pemerintahan, dan agar saya tidak terganggu juga oleh kebijakan pemerintahan.”
Pilihan Editor: Daftar Pernyataan Kontroversial Mahfud Md saat Jadi Menkopolhukam, Pernah Puji HAM di Era Jokowi