TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengakui adanya kinerja kadernya di parlemen yang menurun ketika jelang kampanye pemilihan presiden atau Pilpres 2024 dan pemilihan umum atau Pemilu. Menurut Hasto, situasi ini lantaran praktik demokrasi liberal melalui proporsional terbuka yang berdampak pada personifikasi.
“Ya memang di dalam kajian kami, PDIP cenderung menurun. Itu kan praktik demokrasi liberal yang kemudian terjadi personifikasi,” kata Hasto di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Senin, 15 Januari 2024.
Hasto menyebut sejak awal pihaknya memang mengajukan sistem pemilu dengan proporsional tertutup, tetapi usulan itu ditolak. Hasto menyebut, sistem proposional terbuka seperti sekarang berdampak pada sistem yang individualistik berbasis pada modal untuk berburu elektoral dan memasang baliho-baliho.
“Ya sebenarnya kami kan berjuang untuk proporsional tertutup, tapi itu kan ditolak. Kami dikepung. Ketika sistemnya individualistik, ya, seperti ini semua berburu elektoral, berburu suara. Ketika sistem pemilu liberal seperti ini, individualistik, berbasis modal untuk memasang baliho-baliho, ya, hasilnya seperti ini,” kata Hasto.
Padahal, kata Hasto, kekuatan kolektif melalui satu komando ideologi partai bisa mengubah Indonesia. Menurut Hasto, di dalam partainya terdapat falsafah keberpihakan kepada masyarakat kecil.
“Di dalamnya ada falsafah keberpihakan kepada wong cilik. Itulah yang harus dijabarkan dalam keputusan politik melalui gerakan kader partai yang disiplin, sementara kelembagaan partai belum menjadi jawaban PDI Perjuangan, maka melakukan pelembagaan partai, kami membangun sistem membangun 126 kantor dalam 2 tahun terakhir kami memiliki kapal Laksamana Malahayati sehingga seluruh caleg PDI Perjuangan peserta incumbent nya justru bergerak makin masif di akar rumput ini sebagai jawaban,” kata Hasto.
Kekuasaan untuk Keluarga Tak Akan Langgeng
Hasto Kristiyanto menyebut kekuasaan untuk kepentingan jangka pendek tidak akan langgeng. Hasto menyebut salah satu contohnya adalah untuk kepentingan keluarga.
“Ingin membuktikan bahwa tekanan-tekanan kekuasaan selama itu kekuasaan hanya untuk kepentingan jangka pendek untuk kepentingan keluarga, maka tidak akan langgeng. Sementara kekuasaan yang berakar dari akar rumput itu yang akan langgeng,” kata Hasto saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Senin petang, 15 Januari 2024.
Selain itu, Hasto mengklaim kekuatan akar rumput akan selalu menampilkan harapan terhadap pemimpin seperti Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Selain itu, Hasto mengatakan mereka akan bisa bersikap terhadap bentuk praktik politik kekuasaan yang tidak demokratis.
“Kekuatan seperkasa Orde Baru pun bisa rontok meskipun muncul fenomena neo Orde Baru itu kembali hadir. Karena di balik intimidasi memunculkan harapan dan itu telah terbukti secara empiris dalam kajian kajian ilmiah. Karena kita bangsa spiritual, bangsa yang punya nilai nilai moral keagamaan dan kemudian membangun harapan sehingga berbagai intimidasi justru kami yakini menjadi energi juang,” kata Hasto.
Selain itu, Hasto kembali menyinggung soal intimidasi yang dialami pendukung calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md., di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Yang berdasarkan laporan tim hukum kami, terjadi banyak praktik-praktik pengerahan dari instrumen kekuasaan untuk memenangkan dan berhadapan dengan Pak Ganjar Pranowo dan Pak Mahfud,” kata Hasto.
Pilihan Editor: Kubu Ganjar-Mahfud Ungkap Bakal Lakukan Ini Saat Kampanye Terbuka