TEMPO.CO, Jakarta - Jamaah Islamiyah atau JI adalah kelompok ekstrimis Islam yang berusaha menyebarkan ideologi khilafah melalui dakwah radikal. Kelompok ini diperkirakan mulai bersatu dan membentuk organisasi resmi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Salah satu aksi JI yang menggemparkan adalah rentetan Bom Natal 2000, yang terjadi 24 Desember pada 23 tahun lalu.
Jamaah Islamiyah sendiri didirikan oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir. Keduanya merupakan keturunan Arab Yaman yang memiliki latar belakang sebagai aktivis gerakan Islam. Hingga pertengahan 1990-an, banyak anggota Jamaah Islamiyah yang dilatih di Afghanistan dan sumber daya dari dari Al-Qaeda.
Jamaah Islamiyah diduga memiliki afiliasi kuat dengan Pembebasan Islam Moro selepas Sungkar berhasil mendirikan kamp pelatihan di Filipina. Selepas reformasi 1998, kader Jamaah Islamiyah kembali ke Indonesia.
Jamaah Islamiyah sendiri dinyatakan bertanggung jawab atas serangkaian teror Bom Natal 2000 yang terjadi di beberapa kota pada 24 Desember 2000. Dua pelaku teror Bom Natal di Mojokerto merupakan anak buah dari Ali Imron, pelaku bom Bali. Jamaah Islamiyah juga bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman di Manila yang menewaskan 22 orang.
Dua tahun berselang, tepatnya 12 Oktober 2002, Jamaah Islamiyah kembali melancarkan aksi terornya di Bali. Teror besar dengan peledakan bom tersebut terjadi di tiga titik sekaligus, antara lain Paddy's Pub, Sari Club di Jalan Legian, Kuta, dan di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Denpasar, Bali. Teror ini menewaskan 202 orang dan 88 di antaranya adalah Warga Negara Australia.
Selepas tragedi bom Bali itu, pihak berwenang Indonesia mulai mengambil tindakan tegas dan bergabung dengan pemerintah negara lain. Akan tetapi, Jamaah Islamiyah kembali melakukan aksi teror di J.W. Hotel Marriott pada Agustus 2003, Kedutaan Besar Australia pada September 2004 dan Bali pada Oktober 2005.
Tak berhenti di situ, pada Juli 2009, kelompok itu disebut kembali melakukan serangan bom di hotel Ritz-Carlton, Jakarta. Kemudian, pada September 2009 Noordin M. Top, salah satu figur yang dikenal sebagai pentolan Jamaah Islamiyah Asia Tenggara, tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan di Solo..
Dikutip dari Koran Tempo, Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigadir Jenderal Edi hartono, menyatakan bahwa kelompok Jamaah Islamiyah masih eksis meskipun polisi telah menangkap petinggi mereka. Edi menduga bahwa anggota Jamaah Islamiyah mencapai ribuan dan tersebar di sejumlah daerah, seperti di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Pulau Sumatera.
Ia juga menambahkan bahwa kelompok Jamaah Islamiyah menyasar masyarakat yang mudah terpapar ideologi radikalisme, dari pesantren hingga institusi pemerintahan. Sepanjang tahun 2020, menurut Edi, tim Densus 88 telah menangkap sedikitnya 228 teroris di Indonesia yang sebagian besar di antaranya berasal dari Jamaah Islamiyah.
MICHELLE GABRIELA | SITI NUR RAHMAWATI | AVIT HIDAYAT
Pilihan editor: Bom Natal 2000 dan Kelahiran Densus 88, Satuan Spesialis Menangani Terorisme