TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto menganggap Anies cerdas ketika merespons tema pemberantasan korupsi. Meskipun hadir sebagai debutan dalam debat capres cawapres yang diselenggarakan KPU.
Selain itu, menurut sosok yang pernah meraih penghargaan Kennedy Human Rights pada 1993 itu, selain gagasan, Anies Baswedan dinilai unggul melalui beberapa aspek, seperti penguasaan tema, ide dan gagasan otentik, serta cara penyampaian pendapat.
Pada sesi debat tersebut terdapat tiga poin yang disampaikan Anies untuk memberantas korupsi, yakni mengembalikan marwah KPK dengan merevisi UU KPK, pemiskinan koruptor melalui pengesahan RUU Perampasan Aset, dan penerapan standar integritas yang tinggi dalam pemberantasan korupsi.
"Dalam debutnya di debat capres 2024, Anies unggul utamanya dalam isu pemberantasan korupsi karena gagasan yang diajukan sifatnya solid, jelas, dan sangar strategis," ujar Bambang Widjojanto dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo.co.
Lebih lanjut, dalam membahas isu pemberantasan korupsi, Anies juga turut membahas mengenai dana politik untuk partai politik, yang menurut Bambang merupakan isu yang penting agar dapat menjaga integritas partai politik.
Menurut Dosen Paska Sarjana Universitas Djuanda ini, gagasan tersebut menjadi penting karena akan dapat mendorong sekaligus menjadikan partai politik lebih bermartabat karena sebagian biaya operasionalnya ditanggung oleh negara.
Mengenai tampilan kandidat capres lainnya, alumnus University of Utrecht, Belanda tersebut mengatakan, Ganjar Pranowo yang juga merupakan debutan dalam kontestasi Pilpres memiliki ide yang sebagian sama dengan gagasan yang diajukan Anies dalam memberantas korupsi, yakni perampasan aset dan pemiskinan koruptor. Kendati demikian, Ganjar menawarkan gagasan untuk penahanan koruptor di Pulau Nusakambangan.
"Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berada dalam posisi yang lebih diunggulkan dalam sesi pertama debat capres 2024. Capres lainnya, Prabowo Subianto terlihat tegang dalam menjawab pertanyaan, tidak mampu dalam mengontrol emosi, dan penguasaan atas tema korupsi bersifat terbatas sehingga pernyataan yang dihasilkan hanya bersifat normatif," ujar Wakil Ketua KPK periode 2011-2015 ini.
“Meskipun berulang kali ikut sesi debat capres cawapres pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi Prabowo masih terlihat tegang dalam menjawab pertanyaan dan menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengontrol emosi atas pertanyaan yang bersifat provokatif. Selain itu, dalam isu pemberantasan korupsi, pernyataannya juga cenderung normatif karena penguasaan yang terbatas atas isu pemberantasan korupsi,” ujarnya
Menurutnya, penguasaan Prabowo Subianto terhadap tema pemberantasan korupsi sangat terbatas sehingga kerap membuat pernyataan yang sifatnya umum. "Misalnya, Prabowo hanya menyatakan akan memperkuat KPK dan lembaga penegakan hukum lainnya. Padahal publik masih mengingat dan punya pengalaman, Presiden Jokowi juga menyatakan hal serupa tapi mengingkarinya. Pada sebagian jawabannya, Prabowo juga menyetujui pandangan kandidat lainnya tanpa mengajukan usulan berbeda yang menjadi khas usulan dari dirinya," kata dia.
Bambang Widjojanto menyebut, Prabowo adalah kandidat kawakan yang sudah kerap berdebat di Pilpres tapi kemampuannya dinilai paling terbawah atau terbuncit dibandingkan penampilan dua capres lainnya, terutama pada tema pemberantasan korupsi.
Pilihan Editor: Aktivis Antikorupsi Beri Catatan Debat Capres Cawapres Soal pemberantasan Korupsi: Normatif hingga Merasa Dejavu