INFO NASIONAL – Selama September 2023, sebanyak 13.999 laporan warga masuk ke aplikasi super JAKI (Jakarta Kini). 93,3 persen dari aduan tersebut telah selesai ditindaklanjuti melalui sistem Cepat Respons Masyarakat (CRM). Mayoritas laporan yang masuk yaitu masalah jalan (1.583 laporan), parkir liar (1.422 laporan), sampah (1.281 laporan), fasilitas gedung (1.124 laporan), serta pohon (1.078 laporan).
Salah satu pengalaman warga masyarakat yang dipublikasikan di media sosial adalah unggahan Irvan Saputra Ilyas, pada Maret silam di YouTube. Ia bercerita, telah mengadukan kebocoran air PAM pada pukul 19.00 lewat JAKI. Melalui fitur Laporan Warga dalam JAKI, laporan tersebut langsung dikoordinasikan oleh Perusahaan Umum Daerah (Perumda) PAM Jaya. Esok harinya, pada pukul 14.30, petugas PAM telah selesai menangani permasalahan yang dilaporkan Ilyas.
Selain Laporan Warga, JAKI memiliki fitur-fitur lain yang bertujuan mempermudah warga Jakarta menjalankan aktivitasnya. Misalnya fitur Transportasi Publik untuk bermobilitas dengan angkutan umum, Kualitas Udara untuk mengecek kualitas udara, Harga Pangan yang memberi info tentang harga-harga bahan pokok terkini, serta Ambulans dengan tombol merah besar (Emergency) yang dapat mendeteksi keberadaan pengguna JAKI, sehingga petugas kesehatan dapat langsung mengirim ambulans.
Guru Besar Fakultas Komputer Universitas Indonesia, Profesor Yudho Giri Sucahyo, menilai, JAKI memang memberi kemudahan kepada masyarakat Jakarta. Dengan fitur yang cukup lengkap, warga tidak perlu mengunduh banyak aplikasi untuk mengakses layanan digital Pemprov DKI.
“Jika dulu perlu mengingat banyak password untuk masing-masing aplikasi, kini cukup satu password untuk satu aplikasi yang menyediakan berbagai layanan publik Pemprov DKI yang disajikan secara digital,” ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Satu hal yang patut menjadi perhatian, lanjut Prof. Yudho, Pemprov DKI harus memastikan infrastruktur JAKI tetap dikelola dengan baik. Jika sistem Cepat Respons Masyarakat hanya sebatas program dan tidak direspons dengan cepat, masyarakat dapat dengan mudah menyebar keluhannya di media sosial.
“Layanan ambulans, misalnya, dapat dibutuhkan kapan saja, sehingga sebagian layanan JAKI bersifat 24/7 (24 jam sehari/7 hari sepekan). Hal ini tentunya memerlukan pengaturan staf layanan (atau sering disebut helpdesk) yang siap sedia kapan saja dihubungi oleh masyarakat yang membutuhkan,” tutur Yudho.
Ia menambahkan, pada hakikatnya, JAKI sudah menyentuh semua indikator kota pintar atau smart city (Smart Governance, Smart Economy, Smart People, Smart Environment, Smart Mobility, dan Smart Living). Namun, JAKI diharapkan dapat terus menambah fitur yang dapat memenuhi semua aspek dalam keenam indikator tersebut.
“Tentunya masih banyak layanan publik yang dapat didigitalkan untuk memperkaya fitur di JAKI, baik itu fitur yang merupakan integrasi antarsatuan kerja internal Pemprov DKI maupun interaksi dengan instansi lain di luar Pemprov DKI,” kata Ketua Perkumpulan Nama Domian Indonesia (Pandi) itu.
Agar Jakarta semakin kukuh menjadi kota pintar, Prof. Yudho menyarankan, Pemprov DKI menyediakan layanan yang bersifat omnichannel, sehingga Jakarta menjadi kota yang tetap ramah terhadap mereka yang ingin mengakses layanan publik dari berbagai saluran akses yang ada.
“Jakarta sendiri sudah membuktikan dirinya sebagai salah satu praktik terbaik implementasi Smart City di dunia. Berbagai penghargaan dan prestasi juga sudah diraih baik di tingkat nasional maupun internasional,” ucapnya.
JAKI dikembangkan dan dikelola oleh Badan Layanan Umum Daerah Jakarta Smart City (BLUD JSC) yang berada di bawah Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi DKI Jakarta. Kepala JSC Yudhistira Nugraha mengatakan, JAKI dibentuk untuk menjadi platform informasi, interaksi, transaksi elektronik, dan kolaborasi sebagai layanan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di lingkungan Pemprov DKI.
Sejak dikenalkan pada 27 September 2019 lalu, JAKI terus dikembangkan dengan memasukkan berbagai fitur atau layanan baru. Dalam update terbaru 2023, JAKI sudah menyediakan pilihan penggunaan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Ada pula kolom rekomendasi tentang layanan dan berita terkini untuk pendatang baru di Jakarta, serta bantuan bagi wisatawan yang ingin berwisata melalui fitur transportasi, peta, dan pendaftaran pengunjung taman seperti di Tebet Eco Park.
Kolaborasi Berkelanjutan
Menurut Yudhistira, JSC tidak bekerja sendirian dalam mendukung Pemprov DKI untuk mewujudkan ekosistem digital kota pintar. “Kami menerapkan collaborative governance yaitu dengan melibatkan berbagai aktor seperti government, private sector, komunitas, akademisi, hingga masyarakat,” jelasnya.
Salah satu langkah menjalin kolaborasi berkelanjutan yakni melalui Future City Hub. “Ini diharapkan menjadi titik temu antara Pemprov DKI sebagai pemilik masalah dengan startup, industri, akademisi, serta komunitas sebagai pemecah masalah, untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan kota Jakarta,” ungkap Yudhistira.
Implementasi Future City Hub, misalnya, melalui acara Jakarta Community Forum (JCF) pada 22 September 2023 lalu, yang melibatkan 60 peserta dari 40 komunitas, termasuk penyandang disabilitas. Tujuan JCF ini untuk menghimpun berbagai ide, sehingga dapat menghasilkan solusi baru, yang pada penerapannya dapat dikolaborasikan secara bersama.
Yudhistira bercerita bahwa pertemuan tersebut berhasil menelurkan berbagai gagasan menarik. Salah satu ide yang muncul yaitu mengintegrasikan peta transportasi umum yang dibuat oleh Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ) ke dalam JAKI, sehingga warga dapat dengan mudah mengakses informasi peta transportasi umum di Jakarta secara digital.
“Selain itu juga terdapat beberapa masukan dari teman-teman komunitas difabel untuk pengembangan JAKI yang lebih ramah untuk warga difabel, sehingga JAKI lebih inklusif,” terang Yudhistira.
JSC juga punya program JSC Goes to School/Campus sebagai implementasi smart city ke berbagai sekolah dan universitas di Jakarta. Kunjungan ini, selain menjaring gagasan-gagasan baru untuk kolaborasi, sekaligus mensosialisasikan aplikasi super JAKI. Tim JSC juga melebarkan kunjungannya ke kelurahan-kelurahan untuk literasi digital melalui sosialisasi JAKI.
Ada pula program Hackaton yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan kota, seperti kemacetan, banjir, dan ketahanan pangan. Juga Hack4ID pada 26-27 September 2023 lalu yang merupakan kolaborasi Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan JSC. Dalam kegiatan ini, peserta dilatih memiliki pola pikir memecahkan permasalahan industri, dengan membangun kolaborasi bersama pelaku industri.
“Ke depan kami akan terus melengkapi fasilitas dan data yang mungkin dapat mendukung dalam pemecahan permasalahan di Jakarta, sehingga inovasi dalam mengembangkan Jakarta menjadi kota global dapat dilakukan bersama-sama,” papar Yudhistira. (*)
