TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Taufik Basari meminta Polri mengusut dugaan adanya korban tewas dalam penanganan aksi demonstrasi di kebun sawit Seruyan, Kalimantan Tengah beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa tersebut seharusnya tidak boleh terjadi. Pria yang akrab disapa Tobas ini lantas menyoroti bagaimana kepolisian memahami penggunaan alat tembak. Kata Tobas, penggunaan alat tembak seharusnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Saya prihatin dan menyayangkan ada tiga warga yang dilaporkan terkena tembakan, bahkan salah satunya dikabarkan tewas" ucapnya Taufik dalam rilisnya, Selasa, 10 Oktober 2023.
Sebelumnya, terdapat aksi demontrasi warga Desa Bangkal menuntut PT HMBP 1 (Best Agro International Group) mengembalikan tanah warga di luar hak guna usaha (HGU) perusahaan. Aksi itu berlangsung sejak 16 September 2023. Korban tembak kepolisian yakni Gijik dan Taufik. Tembakan itu diduga berasal dari aparat kepolisian yang mengamankan massa di tengah unjuk rasa.
Politikus Partai NasDem itu mengatakan agar Polri menelusuri apa penyebab penembakan ke warga sipil tersebut. Lalu ia mengimbau dilakukan evaluasi ke kepolisian, agar ke depannya memastikan menangani unjuk rasa tidak boleh membawa peluru tajam.
Tobas mengatakan kalau keberadaan polisi di tengah sengketa perusahaan dan masyarakat sipil mestinya sebagai mediator. Bukan malah sebaliknya. "Bukan menjadi eksekutor berhadap-hadapan dengan warga," katanya.
Jadi kata tobas, adanya korban jiwa dalam kasus ini ia mendesak agar kasus diusut tuntas dan terbuka. "Usut tuntas dan transparan, harus dipastikan pelakunya ditangkap dan diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku" katanya.
Ia kemudian mengatakan kepolisian juga harus menempuh langkah pemulihan hubungan Polri dengan warga setempat. Menurut Tobas hal ini penting, untuk menjaga situasi kondusif di sana.
"Jangan sampai menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Juga perlu dikaji akar masalahnya dan Polri membantu menyelesaikannya tanpa ada kekerasan" ucap Tobas.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Tariu Borneo Bangkule Rajakng, Amandus Yonatan, mengungkap kronologi kejadian penambakan Taufik dan Gijik. Amandus mengatakan awalnya Taufik yang kena tembakan. Melihat punggung Taufik bersimbah darah, Gijik cepat-cepat berlari menolongnya. Saat itu juga Gijik terkena tembakan belakang menembus dada.
"Taufik tertembak di punggung, sampai saat ini kritis dan dirawat di rumah sakit. Satunya Gijik, 35 tahun, meninggal dunia di TKP," kata Amandus, melalui sambungan telepon, Ahad, 8 Oktober 2023.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalimantan Tengah Ajun Komisaris Besar Erlan Munaji, menjelaskan penambahan personel polisi dilakukan karena eskalasi protes meningkat. Sebab itu, dari 200 anggota, dikirim hingga mencapai 500 polisi ke lokasi. Dia mengaku penembakan itu terjadi karena sebelumnya massa telah dihalau gas air mata, peluru hampa, tapi suasana protes terus meningkat.
"Kami di sana kan bukan melakukan pengamanan, tapi spontanitas karena ada oknum-oknum yang melakukan (perlawanan) secara massal di kebun sawit itu," ujar Erlan.
Pilihan Editor: Polisi Bekingi Perusahaan di Konflik Seruyan, Polda Kalteng: Itu Hoaks