Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

42 Tahun Bung Tomo Tutup Usia di Padang Aarafah, Pernah Dibui Orde Baru di Penjara Nirbaya Pondok Gede

image-gnews
Bung Tomo dalam rapat umum di Malang, April 1947. Dok Tempo/IPPHOS
Bung Tomo dalam rapat umum di Malang, April 1947. Dok Tempo/IPPHOS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 7 Oktober 1981 Sutomo alias Bung Tomo tutup usia. Bung Tomo meninggal ketika melaksanakan ibadah haji di Padang Arafah, Mekah. Ia kemudian dimakamkan di tempat pemakaman umum Ngagel di Surabaya.

Bung Tomo memperoleh gelar pahlawan nasional melalui keputusan ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika  (Kominfo) Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada 2 November 2008 di Jakarta. Dirinya dikenal setelah ikut menentang pasukan NICA pada 1945 di Surabaya atau disebut pertempuran 10 November. 

Menanggapi perjuangan Bung Tomo melawan tentara NICA di Surabaya tersebut. Begini profil Bung Tomo?

Dikutip dari sc.syekhnurjati.ac.id, Sutomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Blauran, Surabaya. Ia dibesarkan di keluarga yang menghargai pendidikan. Semangat juang Sutomo sudah ditunjukkan di usia muda. Kala itu, Sutomo acap memperlihatkan keberaniannya dengan penjajah. Termasuk mengkritik kebijakan penjajah secara terang-terangan. 

Kiprah juang Sutomo dimulai ketika bergabung gerakan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Berlanjut menjadi Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) Cabang Tembok Dukuh, Surabaya, di usia 17 tahun.

Pada usia yang sama Bung Tomo pun merambah ke dunia jurnalistik. Ia kemudian bekerja sebagai wartawan lepas Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada 1937. Lalu diangkat menjadi redaktur Majalah Pembela Rakyat pada 1938. 

Selain itu, ia pernah bekerja di pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada 1939. Ia juga bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei di Surabaya pada 1942-1945. Serta menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara pada 1945.

Kendati demikian, Bung Tomo meninggalkan profesi lamanya di era 1945-1949. Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, masa itu, dirinya ditunjuk sebagai Ketua Umum Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). la juga menjadi Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Ketua Badan Koordinasi Produksi Senjata seluruh Jawa dan Madura. Terakhir, Bung Karno melantiknya menjadi anggota pucuk pemimpin Tentara Nasional Indonesia dengan pangkat mayor jenderal.

Bung Tomo turut berjuang mempertahankan Surabaya dari cengkeraman Sekutu dan NICA. Nama Bung Tomo mulai terkenal ketika meletusnya pertempuran 10 November di Surabaya. Lewat kalimat kalimat patriotiknya, Bung Tomo membakar spirit perjuangan rakyat Surabaya, sekaligus menjadi pertempuran terdahsyat selama perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Disamping itu, Sutomo memiliki kedekatan dengan para kiyai, termasuk KH Hasyim Asy'ari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Kedekatan itu diungkap oleh Alkarhanaf, penulis buku Kiai Hasyim Asj’ari Bapak Umat Islam Indonesia.

Dalam buku tersebut, Alkarhanaf mengatakan bahwa Bung Tomo dan Jenderal Soedirman pernah mengirimkan utusan pada Hasyim Asy'ari untuk mengabarkan ihwal Agresi Militer Belanda I yang sudah memasuki Singosari, Malang. Bung Tomo juga menerima nasihat dan ajaran dari Hasyim Asy'ari, yang kemudian digunakan untuk membakar semangat arek-arek Surabaya dalam melawan penjajahan Belanda.

Tak hanya itu, Bung Tomo dekat dengan ulama lainnya. Hal ini diperlihatkan dua hari sebelum insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945, Bung Tomo sempat memohon doa pada para kiai di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Pada 1950-an Bung Tomo terjun ke dunia politik. Dilansir dari patikab.go.id, ia tercatat pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Ia juga sempat menjabat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.

Awal pemerintahan Soeharto, Bung Tomo kembali muncul sebagai tokoh nasional. Namun, pada 1970-an Sutomo mengkritik dan menentang rezim Orde Baru. Ia berbicara keras terhadap program-program Soeharto sehingga ditahan setahun di Penjara Nirbaya, Pondok Gede, Jakarta Timur. Akhir Kehidupan Bung Tomo tak semulus nama besarnya. 

KHUMAR MAHENDRA I  AYU PRIMA SANDI  I  STEFANUS TEGUH EDI PRAMONO

Pilihan Editor: Bung Tomo dan Bung Karno Pernah Bertengkar sampai Banting Piring

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

1 jam lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

2 jam lalu

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menghadiri acara Halalbihalal dan Silaturahmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Senen, Jakarta, Minggu, 28 April 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?


Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

2 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.


Pengamat Ungkap Syarat Calon Lain Bisa Imbangi Khofifah di Pilkada Jatim 2024, Apa Saja?

2 hari lalu

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Dok Muslimat NU
Pengamat Ungkap Syarat Calon Lain Bisa Imbangi Khofifah di Pilkada Jatim 2024, Apa Saja?

Khofifah dinilai menjadi calon terkuat pada Pilkada Jatim 2024.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

3 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.


Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

5 hari lalu

Pengendara kendaraan bermotor menerjang banjir yang menggenangi Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 April 2023. Hujan deras yang mengguyur di kawasan itu menyebabkan sebagian jalan terendam genangan banjir dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

Pada 2024, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak banjir. Walhi Jatim beri tanggapan.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

8 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.


Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

8 hari lalu

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho. (foto: humas polri)
Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho mengatakan, ke depan bakal banyak tantangan yang akan dihadapi polisi dan masyarakat.


Usai Putusan MK, KPU Bakal Tetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

9 hari lalu

Ketua KPU Hasyim Asy'ari bersamaKomisioner KPU Mochammad Afifuddin saat menghadiri sidang perselisihan hasil Pilpres 2024 dengan pemohon calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa 2 April 2024. Adapun agenda sidang hari ketiga perkara PHPU Pilpres 2024 itu masih berupa pemeriksaan perkara dengan jadwal acara pembuktian pemohon. Mendengarkan keterangan ahli dan saksi Pemohon dan Pengesahan alat bukti tambahan Pemohon. TIM Hukum TPN Ganjar-Mahfud menghadirkan 9 ahli dan 10 saksi. TEMPO/Subekti.
Usai Putusan MK, KPU Bakal Tetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

KPU akan menetapkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan presiden dan wakil presiden terpilih pada Rabu, 24 April 2024.


Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

9 hari lalu

Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

Surabaya sering kali menjadi tujuan utama bagi para wisatawan. Dalam mencari tempat menginap yang sempurna, hotel bintang 5 bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan pengalaman menginap yang nyaman dan mewah.