Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peristiwa Bersejarah Sepanjang Agustus 1945, Sebelum dan Setelah Proklamasi 17 Agustus

image-gnews
Presiden Soekarno saat pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat. ANTARA/IPHOS
Presiden Soekarno saat pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat. ANTARA/IPHOS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Agustus identik dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Peristiwa bersejarah tersebut menyimpan banyak catatan sejarah danmengingatkan perjuangan para pahlawan nasional juga masyarakat di seluruh Indonesia.

Namun, selain peristiwa tersebut, terdapat pula hari bersejarah lain yang juga terjadi pada Agustus 1945. Simak informasinya berikut ini.

Perdebatan Sukarno dan golongan muda pada 15 Agustus

Pada tanggal 15 Agustus 1945, terjadi pertengkaran dan perdebatan cukup sengit antara pemimpin negara saat itu, yakni Sukarno dengan golongan pemuda, antara lain Sukarni, Ahmad Soebarjo, Wikana, dan Chaerul Saleh. Mereka hendak mendesak Sukarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan dalih tentara Jepang sudah kalah.

Namun, saat itu Sukarno tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak gegabah dalam membuat keputusan yang besar. Dikutip dari laman setneg.go.id, Sukarno bahkan diancam dengan kata-kata yang dilontarkan oleh para pemuda, seperti yang digambarkan Lasmidjah Hardi (1984:58) dalam tulisannya.

“Kita harus segera merebut kekuasaan!” tukas Sukarni berapi-api.

“Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!” seru mereka bersahutan.

Wikana pun juga mengancam Soekarno dengan pernyataan “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam  ini  juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari”.  Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Sukarno emosi dan berdiri menuju Wikana sambil berkata “Ini batang leherku, seretlah saya ke  pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!”

Hatta kemudian memperingatkan Wikana bahwa Jepang merupakan masa lalu bangsa Indonesia.

“Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan  apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan  itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?”, tanya Soeharto pada golongan pemuda.

Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak  bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada  waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945

Saat diculik oleh golongan muda ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Sukarno sempat kembali didebat oleh Sukarni mengapa harus memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17. Sukarno lantas menjawab “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang  tepat. Di  Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan  ini untuk dijalankan tanggal 17”.

Lantas Sukarni bertanya kembali “Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa  tidak sekarang saja, atau tanggal 16?”. Lalu, Sukarno menjawab “Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.

Sukarno  menjelaskan dengan berkata "Pertama-tama kita sedang  berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua  berpuasa, ini berarti saat yang paling suci  bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu  Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat  suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. Oleh karena itu,  kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia”, sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61)

Penetapan UUD 1945 pada 18 Agustus

Setelah proklamasi kemerdekaan, esok harinya pada 18 Agustus, ditetapkan dan disahkan Undang-Undang Dasar (UUD) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi Republik Indonesia melalui sidang.

Pembentukan KNIP pada 29 Agustus 1945

Usai kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, pada 29 Agustus 1945 dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bertugas untuk membantu tugas legislatif presiden yang saat itu belum ada DPR maupun MPR.

Pilihan Editor: Kenali 3 Tokoh Paskibraka Pertama Indonesia, Salah Satunya SK Trimurti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Guntur Usul Jokowi Jadi Ketua Umum PDIP, Hasto: Arus Bawah Masih Tempatkan Ibu Mega sebagai Pengikat

1 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDI Perjuangan Muhammad Prananda Prabowo (kiri) dan  Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kanan) saat tiba untuk menghadiri Rakernas II PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 23 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Guntur Usul Jokowi Jadi Ketua Umum PDIP, Hasto: Arus Bawah Masih Tempatkan Ibu Mega sebagai Pengikat

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan arus bawah masih menempatkan Megawati sebagai pengikat partai.


Pasca Peristiwa G30S 1965, Apa Langkah Sukarno, Soeharto, DN Aidit, dan Pemimpin Rusia Leonid Brezhnev?

1 hari lalu

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Pasca Peristiwa G30S 1965, Apa Langkah Sukarno, Soeharto, DN Aidit, dan Pemimpin Rusia Leonid Brezhnev?

Setelah peristiwa G30S 1965, dalam situai tak menentu, apa langkah yang dilakukan Presiden Sukarno, Mayjen Soeharto dan pemimpin PKI DN Aidit?


Hari Kesaktian Pancasila Bukan Hari Lahir Pancasila

2 hari lalu

Patung 7 pahlawan di Monumen Lubang Buaya. Shutterstock
Hari Kesaktian Pancasila Bukan Hari Lahir Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila tidak sama, simak perbedaan keduanya


Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

2 hari lalu

Koes Bersaudara. YouTube
Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.


Megawati Cerita Tak Bisa Kuliah karena Anak Bung Karno

3 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Ketua DPP PDI Perjuangan Prananda Prabowo berfoto bersama dengan para awak wartawan yang meliput pada acara penutupan Rakernas IV PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Minggu, 1 Oktober 2023. Rakernas IV PDI Perjuangan itu menghasilkan 9 rekomendasi soal kedaulatan pangan dan 8 rekomendasi pemenangan Pemilu 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Megawati Cerita Tak Bisa Kuliah karena Anak Bung Karno

Megawati Soekarnoputri menceritakan ihwal dia dan saudara-saudaranya yang tak bisa berkuliah karena merupakan anak dari presiden pertama RI, Sukarno.


Profil Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo, Menteri Kemakmuran dan Rektor Universitas Indonesia Pertama

3 hari lalu

Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo. Wikipedia
Profil Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo, Menteri Kemakmuran dan Rektor Universitas Indonesia Pertama

Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo Menteri Kemakmuran yang membawahi kementerian pertanian kabinet pertama RI. Ia Rektor pertama Universitas Indonesia.


Hasto Sebut Hari Terakhir Rakernas IV PDIP Bahas Pemenangan Ganjar

3 hari lalu

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto saat memamerkan Mobil Bioskop PDIP di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat 29 September 2023. ANTARA/HO-PDIP
Hasto Sebut Hari Terakhir Rakernas IV PDIP Bahas Pemenangan Ganjar

Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan hari terakhir Rakernas IV PDIP diawali dengan pembahasan tentang pemenangan Pilpres 2024.


Menjelang G30S 1965: Ahmad Yani Tak Setuju Angkatan Kelima Bentukan DN Aidit, Ada Versi Sukarno

4 hari lalu

DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 Partai Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Berlin (1958). wikipedia. org
Menjelang G30S 1965: Ahmad Yani Tak Setuju Angkatan Kelima Bentukan DN Aidit, Ada Versi Sukarno

Angkatan Kelima salah pencetus terjadinya Peristiwa G30S 1965? Ternyata ada angkatan kelima versi DN Aidit dan Sukarno.


Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

5 hari lalu

Pemberitaan mengenai Dokumen Gilchrist dan hubungannya dengan Subandrio di Canberra Times edisi 3 Oktober 1966. Foto: trove.nla.gov.au
Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?


Yandri Susanto: Usia Lanjut Bukan Hambatan Belajar Quran

5 hari lalu

Wakil Ketua MPR H. Yandri Susanto.
Yandri Susanto: Usia Lanjut Bukan Hambatan Belajar Quran

Membaca Quran dapat menjadi bekal untuk akhirat, sekaligus membentuk karakter manusia yang baik.