TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pembunuhan Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat genap berlalu setahun. Ajudan eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo itu disebut tewas gara-gara baku tembak dengan Bharada E alias Richard Eliezer pada 8, Juli 2022 di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Kematiannya baru diumumkan tiga hari berselang dengan alasan masih suasana Idul Adha. Jenazahnya dikembalikan kepada keluarga di Jambi pada 9 Juli 2022, dalam peti tertutup. Saat hendak dibuka untuk melihat kali terakhir, polisi sempat melarang tanpa alasan yang jelas. Setelah peti tersebut dibuka, keluarga curiga lantaran mendapati luka-luka janggal di tubuh mendiang.
Kecurigaan tersebut berbuntut pada terbongkarnya kasus pembunuhan ini. Cerita baku tembak itu hanyalah karangan Ferdy Sambo yang berusaha menutupi kejahatannya. Nyatanya, kematian sang anak buah memang direncanakan. Penyebabnya, Brigadir Yosua disebut mencoreng harkat dan martabat keluarga atasannya itu.
Kejadian “mencoreng harkat dan martabat keluarga” itu terjadi di Magelang pada 7 Juli, sehari sebelum insiden pembunuhan. Ferdy Sambo bersama istri, Putri Candrawathi, dan para ajudan ke Magelang karena tengah mengunjungi sang anak yang bersekolah di SMA Taruna. Polisi berpangkat Irjen itu pulang ke Jakarta lebih dulu menggunakan pesawat.
Saat di rumah Magelang, Asisten Rumah Ferdy Sambo, Kuwat Ma’ruf memergoki Brigadir J di dalam kamar Putri. Brigadir J disebut melecehkan istri Kadiv Propam Polri itu. Kejadian inilah yang diduga diceritakan Putri kepada Ferdy Sambo sesampainya di rumah dinas Saguling di Jakarta. Bersama Bharada E atau Richard Eliezer, Putri Candrawathi, Kuwat Ma’ruf, dan Rizky Rizal, Ferdy Sambo merencanakan pembunuhan itu.
Berikut beberapa upaya Ferdy Sambo menutupi kasus pembunuh terhadap ajudannya, Brigadir J atau Brigadir Yosua.
Membuat skenario palsu
Berdasarkan laporan Ferdy Sambo kepada polisi, pemicu baku tembak itu bermula ketika ajudannya itu melakukan pelecehan terhadap Putri Candrawathi, istrinya. Brigadir J disebut mendatangi Putri di kamar di rumah dinas Duren Tiga dan melakukan hal tak senonoh. Putri pun berteriak dan membuat Brigadir J keluar kamar dengan panik. Bharada E yang ketika itu di lantai bergegas memeriksa.
Saat Bharada E tiba di tangga, ia melihat Brigadir J keluar dari Kamar Putri. Saat ditanya apa yang terjadi, Brigadir J justru menjawab pertanyaan itu dengan tembakan. Bharada E pun membalas tembakan tersebut. Dari hasil olah tempat kejadian perkara atau TKP dan pemeriksaan saksi dan alat bukti, ada 7 proyektil yang ditembakkan Brigadir J dan 5 proyektil yang dikeluarkan Bharada E.
Belakangan diketahui bahwa kematian Brigadir J akibat baku tembak adalah skenario belaka. Mengutip Majalah Tempo edisi 13 Agustus 2022, pihak keluarga mendiang meragukan kronologi dan penyebab kematian Yosua versi polisi. Guna mengusut kematian kasus ini, Kapolri Listyo Sigit kemudian membentuk tim khusus. Dari pemeriksaan terhadap sejumlah aksi, timsus menyimpulkan ada unsur pembunuhan sengaja.
“Irjen FS menyuruh dan membuat skenario peristiwa seolah-olah ada tembak menembak,” kata Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Agus Andrianto.
Sabotase kamera pengawas
Untuk menutupi kejahatannya, Ferdy Sambo berupaya menghilangkan barang bukti. Kadiv Propam Polri itu menyuruh anak buahnya menghapus rekaman CCTV di sekitar rumah Duren, yang menjadi tempat kejadian pembunuhan Brigadir J. Bahkan dia sempat membentak bawahannya yang menjelaskan isi rekaman tersebut.
“Saya memerintahkan mengamankan dan menghapus CCTV tersebut,” kata Sambo dalam BAP yang sempat dilihat Tempo.
Sambo memerintahkan anak buahnya mengecek rekaman CCTV di lingkungan Komplek Polri itu setelah kejadian pembunuhan Brigadir J pada 8 Juli 2022. Pada 13 Juli 2020, Karo Paminal Propam Brigjen Hendra Kurniawan dan Wakaden B Ropaminal Propam Polri AKBP Arif Rahman Arifin menemui Sambo di ruangannya untuk menyampaikan temuan isi rekaman CCTV tersebut.
Dalam pertemuan itu, awalnya Hendra yang memberikan penjelasan tentang rekaman CCTV. Namun, Sambo tidak memberikan tanggapan apa pun. Setelah itu, giliran Arif yang menjelaskan hasil temuannya. Mendengar penjelasan Arif, Sambo langsung menghardik. “Tidak seperti itu, masa kamu tidak percaya sama saya,” kata Sambo.
Ferdy Sambo langsung bertanya siapa saja yang sudah melihat rekaman tersebut. Arif menjawab ada empat orang yang sudah melihat, yaitu Kompol Chuck Putranto, Kompol Baiquni Wibowo, AKBP Ridwan Soplanit. “Kalau bocor berarti kalian berempat yang bocorin dan disimpan di mana video tersebut?” tanya Sambo. Arif menjawab di laptop dan flashdisk milik Kompol Baiquni Wibobo. Sambo memerintahkan untuk menghapus dan memusnahkan semuanya.
Pilihan Editor: Genap Setahun Pembunuhan Brigadi J, Simak Awal Mula Kasus Terungkap