TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan pendapatnya mengenai penyelenggaraan Pemilu 2024. Berkaca dari Pemilu 2019, ia ingin masyarakat tetap kondusif dan menghilangkan istilah cebong, kampret, dan kadrun.
Istilah cebong, kampret, dan kadrun yang populer pada Pemilu 2019 telah menyebabkan polarisasi dalam masyarakat. Menurut Listyo Sigit, polarisasi melalui istilah tersebut masih terlihat di media sosial. Padahal, pada golongan elite, situasi bisa mengalami perubahan yang cepat. Dari saling serang, menjadi berdamai.
“Kalau rekan-rekan lihat di medsos ada cebong, ada kampret, ada kadrun, terus sekarang apalagi? Jadi hal tersebut terus menjadi di grassroots. Mungkin elite mudah, hari ini berantem besok salaman, rangkul-rangkulan, tetapi di bawah tidak,” kata Listyo Sigit melalui YouTube saat kegiatan Upacara Wisuda STIK Tahun Ajaran 2023 di Lemdiklat Polri.
Akibat istilah tersebut, Kapolri Listyo Sigit Prabowo menginginkan rekan sejajarnya menjadi cooling system. Pada situasi politik saat ini, rekan-rekannya berperan untuk bekerja sama dengan para tokoh-tokoh penting. Kerja sama tersebut bertujuan untuk selalu mengingatkan bahwa politik harus terhindar dari hoaks dan politik hitam.
Awal Mula Istilah Cebong, Kampret, dan Kadrun
Istilah cebong, kampret, dan kadrun mulai populer pada Pemilu Presiden Indonesia 2014 dan Pemilu Presiden Indonesia 2019. Istilah-istilah tersebut lekat dengan pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Cebong terkenal sebagai julukan terhadap pendukung Joko Widodo atau Jokowi. Merujuk p2k.stekom.ac.id, cebong berasal dari kabar Jokowi yang memiliki hobi untuk memelihara katak saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sementara istilah kampret adalah julukan bagi para pendukung Prabowo Subianto. Secara tidak langsung, kampret adalah lawan dari cebong. Istilah kampret bermula ketika beredar sebuah video mengenai Prabowo Subianto saat debat calon presiden 2014. Ia menyebut kampret ketika mendapat pertanyaan mengenai evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) oleh Joko Widodo.
Mendengar kabar tersebut, pada 2014, Partai Gerindra pun membuat pernyataan melalui juru kampanye media online-nya bahwa Prabowo Subianto tidak mengucapkan kata tak sopan tersebut.
Kemudian, istilah kadrun. Mengacu pada kominfo.go.id, sebenarnya kadrun sudah muncul sejak Pilkada DKI Jakarta pada 2022. Kadrun dalam dunia politik adalah kepanjangan dari kadal gurun. Kadrun ditujukan untuk individu yang memiliki pikiran sempit dan dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo menganggap bahwa istilah-istilah, seperti cebong, kampret, dan kadrun secara tidak langsung dapat merusak nilai-nilai masyarakat Indonesia yang terkenal menghormati keberagaman, ramah, dan selalu menjaga persatuan. Sebab itu, ia menginginkan Pemilu 2024 dapat berjalan secara kondusif.
Pilihan Editor: Profil Komjen Agus Andrianto, Wakapolri Baru yang Ditunjuk Kapolri Listyo Sigit