TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan tak bisa memastikan apakah Presiden Joko Widodo atau Jokowi bakal melakukan reshuffle kabinet usai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Plate diciduk Kejaksaan Agung. Sekjen NasDem Johnny Plate ditangkap karena diduga terlibat kasus korupsi proyek pengadaan BTS Bakti Kominfo.
"Kita tunggu saja perkembangannya dan ini persoalan hukum murni, jadi saya harapkan semua masyarakat memahami situasi itu dan jangan dijebak dengan berbagai isu yang tidak benar, yang tidak baik untuk menjaga situasi yang saat ini sudah baik," kata Moeldoko saat dikonfirmasi, Rabu, 24 Mei 2023.
Moeldoko menyebut kasus yang menjerat Johnny murni perkara hukum. Ia membantah jika ada tudingan yang menyebut kasus ini sarat akan kepentingan politik jelang Pemilu 2024.
"Presiden sudah clear menjelaskan bahwa ini adalah persoalan hukum murni, tidak perlu kita semua-semuanya ikut mengomentari dan terus percayakan profesionalitas Kejaksaan Agung," kata Moeldoko.
Kronologi kasus korupsi BTS
Sebelumnya, Presiden Jokowi menunjuk Menkopolhukam Mahfud Md untuk menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Kominfo. Salah satu tugas khusus Mahfud yang Jokowi berikan adalah mengungkap detail kasus korupsi tersebut.
Pada Senin kemarin, Mahfud bertemu Jokowi dan menjelaskan hasil analisisnya terhadap kasus ini. Mahfud menceritakan proyek senilai Rp28 triliun lebih itu awalnya berjalan lancar pada periode 2006 - 2019 dan mulai bermasalah pada tahun anggaran 2020.
"Muncul masalah sejak anggaran tahun 2020, yaitu ketika proyek senilai Rp 28 sekian triliun itu dicairkan dulu sebesar Rp 10 koma sekian triliun pada tahun 2020-2021," kata Mahfud.
Tetapi, ketika laporan tentang proyek dan penggunaan dananya harus dipertanggungjawabkan pada Desember 2021, Mahfud menyebut tower BTS itu tidak ada. Kominfo pada saat itu beralasan pembangunan tower BTS karena pandemi Covid-19 dan minta perpanjangan sampai Maret 2022.
"Seharusnya itu tidak boleh secara hukum, tapi diberi perpanjangan 21 Maret untuk itu," ujar Mahfud.
Akan tetapi saat tiba bulan Maret, Mahfud menyebut jumlah tower BTS yang dilaporkan hanya sekitar 1.100 tower dari 4.200 tower ditargetkan. Namun, saat diperiksa melalui satelit, dari 1.100 yang diklaim hanya 958 tower yang terlacak.
"Dari 958 itu tidak diketahui apakah itu benar bisa digunakan atau tidak, karena sesudah diambil 8 sampel dan itu semuanya tidak ada yang berfungsi sesuai dengan spesifikasi," kata Mahfud.
Adapun nilai pembangun 958 tower BTS, kata Mahfud Md, nilainya diperkirakan mencapai Rp2,1 triliun. Padahal, kata dia, jumlah dana yang sudah dicairkan sebanyak Rp10 triliun. Sehingga ada dana sebesar Rp 8 triliun yang tidak jelas penggunaan dananya.
Pilihan Editor: Ini Agenda Presiden Iran di Indonesia: Bertemu Jokowi di Bogor sampai Kunjungi Istiqlal