TEMPO.CO, Jakarta - Departemen perempuan Kingmi di tanah Papua, Ester Huluk menyebut kondisi pengungsi di Papua memburuk akibat konflik. Di beberapa pengungsian, dia menyaksikan bayi yang baru lahir tak memiliki selimut dan persediaan susu.
“Saya melihat sendiri di beberapa titik bayi yang baru lahir tidak memiliki selimut sama sekali,” kata Ester dalam diskusi publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Kamis, 20 April 2023.
Pendamping para pengungsi ini mengatakan kondisi serupa juga dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Mereka tinggal dalam pengungsian-pengungsian terbuka dan tak memiliki selimut untuk melindungi diri dari udara dingin. “Tidak ada susu atau kain untuk ibu dan bayi yang baru lahir,” tutur dia.
Menurut pengurus Gereja Kingmi ini, para pengungsi mengalami trauma karena konflik yang berkepanjangan. Para pengungsi, kata dia, bermigrasi dari kampung halamannya secara sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan oleh aparat TNI maupun Polri. Menurut dia, apabila ketahuan maka mereka akan dicurigai diinterogasi.
Ketegangan-ketegangan tersebut, kata dia, meninggalkan luka traumatis yang dalam di benak anak-anak. Mereka, kata dia, takut apabila melihat tentara. “Di gereja kami, kami lihat ada anak-anak sedang bermain sore hari, kemudian mereka melihat tentara dan polisi mendekat, saya lihat mereka lari menyembunyikan diri,” tutur dia.
Konflik antara TNI dan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB kembali meningkat di Papua. Insiden terbaru terjadi di Distrik Mugi-Mam, Nduga, Papua pada 15 April 2023. KKB menyerang satuan tugas dari Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna saat berpatroli untuk membebaskan pilot Susi Air Philip Mark Marthens. Dalam peristiwa itu, 4 prajurit TNI tewas tertembak.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono meningkatkan status operasi di Papua menjadi siaga tempur karena serangan tersebut. Dia mengatakan status ini ditetapkan untuk membangunkan kesiapan tempur di kalangan prajurit TNI.
Kontak senjata antara TNI dan KKB sebenarnya telah terjadi sejak jauh hari sebelum peristiwa penyanderaan Philip. Ester mengatakan konflik tersebut membuat ribuan warga di sejumlah wilayah bereksodus menghindari dampak dari pertempuran. Dia memperkirakan ada ribuan orang yang mengungsi di sejumlah titik pengungsian. Kebanyakan pengungsi berasal dari daerah rawan konflik seperti Intan Jaya dan Nduga. Sementara, titik pengungsian yang saat ini diketahui berada di Yahukimo, Asmat, dan Jayapura.
Ester Huluk menilai penerapan status siaga tempur akan memperburuk kondisi para pengungsi. Jumlah warga yang mengungsi, kata dia, juga akan semakin bertambah. Dia meminta Presiden Jokowi untuk segera menghentikan operasi siaga tempur. “Kalau ingin menyelematkan pilot seharusnya dilakukan secara persuasif bukan keamanan. Pendekatan keamanan hanya menyebabkan lingkaran kekerasan yang tidak akan selesai,” ujar dia.
Dikutip dari Koran Tempo edisi Kamis, 20 April 2023, Kepala Kepolisian Resor Intan Jaya Ajun Komisaris Besar Afrizal Asri mengakui memang ada warga di Intan Jaya yang mengungsi. Dia mengatakan jumlah pengungsi diperkirakan berjumlah 234 orang. Mereka ditempatkan di Distrik Sugapa. Selain itu, sejumlah titik pengungsian lainnya berada di Kampung Bilogai, Wandoga, Yotakapa dan Holomama. “Kami tempatkan di tenda darurat. Kami beri bantuan makanan, obat-obatan dan layanan kesehatan,” kata dia.
Pilihan Editor: OPM Klaim Berhasil Rampas 9 Pucuk Senjata Milik TNI dari Serangan 15 April di Mugi-Mam