Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nilai Historis Rumah Singgah Sukarno yang Kini Rata dengan Tanah

 Rumah Singgah Sukarno di Padang . ANTARA
Rumah Singgah Sukarno di Padang . ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, JakartaRumah singgah Sukarno yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat secara mengejutkan dibongkar dan kini sudah rata dengan tanah. Rumah singgah yang dikenal dengan nama rumah Ema Idham tersebut berlokasi di Jalan Ahmad Yani Nomor 12, Kelurahan Padang Pasir, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Rumah tersebut merupakan rumah singgah bagi Sukarno selama tiga bulan pada 1942.

Rumah Singgah Soekarno setelah dirobohkan. ANTARA

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menyatakan bahwa pihaknya akan turun tangan berkaitan dengan pembongkaran rumah singgah Presiden Soekarno di Padang, Sumatera Barat.

Dalam keterangan tertulisnya, Nadiem menyebutkan bahwa pembongkaran cagar budaya tersebut termasuk perbuatan melawan hukum. Pasal 105 UU Nomor 11 Tahun 2010 menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja merusak cagar budaya dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 15 tahun.

Nilai Historis Rumah Singgah Bung Karno

Melansir laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, disebutkan bahwa rumah Ema Idham digunakan sebagai tempat menginap bagi Sukarno ketika Jepang masuk ke Indonesia. Ketika itu, Sukarno masih menjadi tahanan Belanda dan ditahan di Bengkulu. Masuknya Jepang ke Indonesia, membuta Bung Karno diungsikan oleh Belanda ke Kota Cane, Aceh.

Namun, ketika dalam perjalanan menuju Aceh, tentara jepang sudah masuk ke wilayah Sumatera Barat terlebih dahulu. Saat itu, rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tetapi pasukan Jepang sudah sampai di Bukittingi. Oleh karena itu, Belanda mengubah rencana semula dengan mengungsikan Sukarno ke Barus serta meninggalkan Sukarno di Painan. Sukarno yang ditinggal di Painan dijemput oleh Hizbul Wathan dan dibawa ke Padang menggunakan pedati. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengutip buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang dan Sekitar, disebutkan bahwa setelah sampai di Padang, Sukarno bersama Inggit, menginap di rumah Egon Hakim kemudian, Bung Karno pindah ke rumah kawan lamanya asal Manado, Waworuntu. Sedangkan, di rumah Ema Idham, Sukarno memanfaatkan rumah tersebut untuk menghimpun dan mengonsolidasikan kekuatan untuk melawan penjajah.

Sudah Jadi Cagar Budaya

Rumah Ema Idham  yang pernah menjadi rumah singgah Sukarno termasuk dalam bangunan cagar budaya. Bangunan tersebut merupakan sebuah rumah hunian yang memiliki gaya lokal dengan luas bangunan 290 m². Bangunan tersebut terdaftar dengan Nomor Inventaris 33/BCB-TB/A/01/2007.

Pilihan Editor: Rumah Singgah Sukarno Diusulkan jadi Cagar Budaya

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan

Berita Selanjutnya




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Cerita Pembangunan Water Toren Kota Magelang: Berdiri Seabad Lalu, Berawal dari Wabah Penyakit

10 jam lalu

Water Toren Magelang, bekas penampungan air yang usianya lebih dari 100 tahun TEMPO/Arimbi HP
Cerita Pembangunan Water Toren Kota Magelang: Berdiri Seabad Lalu, Berawal dari Wabah Penyakit

Bangunan water toren sisa peninggalan Belanda itu masih berfungsi hingga sekarang.


4 Presiden Indonesia Lahir Juni: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Jokowi

3 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
4 Presiden Indonesia Lahir Juni: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Jokowi

Juni, 4 Presiden RI lahir di bulan ini antara lain Sukarno, Soeharto, BJ Habibie dan Jokowi.


Profil PDIP, 23 Tahun Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP

3 hari lalu

Ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri memberikan pidato penutupan Kongres V PDIP di Sanur, Denpasar, Bali, 10 Agustus 2019. Megawati Soekarnoputri mengakui dirinya sudah memiliki daftar orang-orang yang akan diusulkan menjadi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf mendatang. TEMPO/Johannes P. Christo
Profil PDIP, 23 Tahun Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP

PDIP merupakan satu dari tiga partai yang masih eksis sejak Orde Baru. Sejak 2000, Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP selama 23 tahun.


Hening Cipta Rakernas III PDIP Sekaligus Doakan Bung Karno yang Berulang Tahun Hari Ini

3 hari lalu

Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat tiba untuk mengikuti rapat kerja nasional (Rakernas) 2023 di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa, 6 Juni 2023. Rakernas yang mengusung tema 'Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Negara' tersebut itu juga akan membahas pemenangan Pemilu 2024 serta mendengar pengarahan khusus dari Presiden Joko Widodo. TEMPO/M Taufan Rengganis
Hening Cipta Rakernas III PDIP Sekaligus Doakan Bung Karno yang Berulang Tahun Hari Ini

Rakernas PDIP ketiga ini sekaligus momentum kelahiran Presiden Pertama RI Ir. Sukarno pada 6 Juni 1901.


Kisah Logo Kepala Banteng PDIP, Moncong Putih Ide Megawati, Tim Triawan Munaf Pembuat Logo

3 hari lalu

Logo PDIP
Kisah Logo Kepala Banteng PDIP, Moncong Putih Ide Megawati, Tim Triawan Munaf Pembuat Logo

Begini asal mula logo PDIP. Megawati meminta kepala banteng dengan moncong putih. Triawan Munaf dan tim membuat logonya. Ini maknanya.


Teliti Kandidat Antivirus, Mahasiswa Unesa Diundang Nadiem ke Jakarta

3 hari lalu

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melakukan riset 'Potensi dan Bioaktivitas Ekstrak Senyawa Mimi Mintuna (Horseshoe Crab) Lokal Indonesia sebagai Kandidat Antivirus Covid-19'. Foto : Unesa
Teliti Kandidat Antivirus, Mahasiswa Unesa Diundang Nadiem ke Jakarta

Penelitian mahasiswa Unesa itu meraih medali emas serta perunggu di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dan Program Kreativitas Mahasiswa pada 2021.


Menyusuri Jejak Kejayaan Kota Padang Era Lampau di Batang Arau

6 hari lalu

Muara Batang Arau yang menjadi pusat pernigaan Belanda di Kota Padang pada abad 18. TEMPO/Fachri Hamzah
Menyusuri Jejak Kejayaan Kota Padang Era Lampau di Batang Arau

Pembangunan gudang-gudang oleh Belanda di muara Batang Arau mencerminkan peran penting Kota Padang sebagai pusat perdagangan pada masa itu.


Siap Dibuka Kembali, Lokananta Bakal Hadirkan Festival Bertabur 21 Artis Indonesia Lintas Generasi

7 hari lalu

Studio musik tertua di Indonesia, Lokananta, segera direvitalisasi dan dikembangkan menjadi lebih modern.  TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Siap Dibuka Kembali, Lokananta Bakal Hadirkan Festival Bertabur 21 Artis Indonesia Lintas Generasi

Lokananta memiliki nilai historis yang tinggi, memiliki properti intelektual hasil karya anak bangsa, dan merupakan cagar budaya yang harus dijaga.


Tan Malaka: Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia

7 hari lalu

Tan Malaka. ANTARA/Arief Priyono
Tan Malaka: Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia

Sebagai Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka memberikan sumbangsih dalam pemikiran untuk dasar negara dan pemikiran lainnya.


Gerebek Pancasila di Blitar, Gunungan Hasil Bumi Dikirab ke Makam Bung Karno

8 hari lalu

Peserta membawa foto Presiden Soekarno saat upacara tradisi Bedhol Pusaka di depan Museum Istana Gebang Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu 31 Mei 2023. Tradisi Bedhol Pusaka yang dirangkai dengan pawai lampion tersebut digelar jelang peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Gerebek Pancasila di Blitar, Gunungan Hasil Bumi Dikirab ke Makam Bung Karno

Pemerintah Kota Blitar, Jawa Timur, menggelar kegiatan Gerebek Pancasila memperingati Hari Lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2023.