TEMPO.CO, Jakarta - Pembicaraan soal hubungan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali mencuat. Terbaru, mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj membantah pernyataan yang menyebut NU harus jauh dari PKB. Menurut Said, pernyataan tersebut hanya diucapkan oleh orang yang melupakan sejarah antara PKB dan NU.
"Itu (yang mengeluarkan pernyataan) karena enggak senang dengan Pak Muhaimin barangkali yang ngomong gitu itu. Ketuanya siapa pun NU, ketua siapa pun PKB, tidak boleh itu dihilangkan dari ingatan kita," ujar Said di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Senin, 30 Januari 2023.
Yahya Staquf Pernah Meminta Agar NU Tak Digunakan sebagai Politik Identitas
Sebelumnya, pada 2022, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan organisasi massa Islam itu bukan untuk partai politik tertentu, melainkan untuk seluruh bangsa. Dia pun meminta partai politik tak mengeksploitasi NU untuk kepentingan politik identitas menjelang Pemilu 2024.
Baca juga: Soal NU Harus Jauh dari PKB, Said Aqil: Yang Ngomong Tak Senang dengan Muhaimin
"Saya ingin sampaikan disini bahwa kami tidak mau dan memohon parpol jangan pakai politik identitas, terutama identitas agama, termasuk identitas NU," kata Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Senin, 23 Mei 2022.
Permintaan itu ditujukan bukan hanya untuk parpol tertentu saja, melainkan kepada semua parpol yang memanfaatkan politik identitas untuk kepentingan tertentu. Dia mengimbau parpol tidak menggunakan NU sebagai senjata dalam konstelasi politik, karena jika hal itu terus dilakukan, maka dikhawatirkan menjadi politik tidak sehat.
"Semuanya, untuk semua partai. Jadi, NU itu enggak boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik, karena kalau kami biarkan terus begini, ini tidak sehat," katanya.
Alwi Shihab Mengatakan Aneh Jika Ada Orang NU Memilih Partai Selain PKB
Mantan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB Alwi Shihab berharap partai yang didirikan para ulama Nahdlatul Ulama (NU) itu bisa terus meningkatkan perolehan suaranya pada Pemilu 2024. Menurut dia, justru aneh jika ada orang NU yang memilih partai lain selain PKB.
Alwi menjelaskan, salah satu kunci untuk membesarkan PKB adalah membuat warga NU kompak dalam satu gerbong politik. Alwi menyebut kemenangan tak bisa serta-merta diraih dengan doa, melainkan juga perlu kerja-kerja yang dipelopori oleh para ulama.
“Kita harus mencari celah agar warga NU ini bisa kompak, sepakat untuk memenangkan partai ini. Kalau ada orang NU yang memilih partai selain PKB itu agak aneh sebenarnya, apalagi memusuhi," kata Alwi dalam keterangannya, Jumat, 13 Januari 2023.
Perlu Strategi Khusus Agar NU dan PKB Bersatu
Alwi mengingatkan agar PKB mencari cara supaya warga NU merasakan urgensi untuk bersatu dalam perjuangan politik partai tersebut. Salah satu langkah yang bisa ditempuh, kata dia, adalah menginisasi pertemuan dengan seluruh elemen termasuk jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Jangan dianggap jalan sendiri bisa besar. Para ulama disini yang bisa mengambil inisiatif bagaimana caranya organisasi Islam terbesar di dunia, NU namanya luar biasa, apalagi di luar negeri," kata Alwi.
Menurut dia, NU lah yang melahirkan PKB. Jika PKB menang pada 2024, kata dia, maka apa yang diperjuangkan NU bisa dilakukan PKB di jalur politik.
"Ini penting untuk dibicarakan, mungkin di level ulama khususnya di daerah. Dewan Syuro PKB kita harapkan bisa bersinergi sehingga hasil kesepakatan kerja sama akan terlihat perolehan suara PKB," ujarnya.
Pernyataan Alwi tersebut disampaikan saat menjadi pembicara dalam acara Ijtima’ Ulama Nusantara di Jakarta. Selain Alwi, forum Ijtima’ Ulama ini juga dihadiri oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, serta para ulama se-Indonesia.
Baca juga: Jokowi Akui Besarnya Kontribusi NU untuk Indonesia
M JULNIS FIRMANSYAH | IMA DINI SHAFIRA | ANTARA