TEMPO Interaktif, Aceh: Pasar ikan di Aceh dikuasai oleh pengusaha dari luar Aceh. Mereka mengambil untung besar dengan mengekspornya ke Malaysia, Jepang, Singapore dan Amerika Serikat.
“Itu catatan dari Dinas Perikanan Sumatera Utara,” sebut Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Ir Razali, saat Kongres Saudagar Ikan Aceh, di Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Kongres dua hari yang berakhir Jumat (03/04), diikuti oleh 185 pedagang ikan di Aceh, termasuk pengusaha ikan dari Malaysia.
Kegiatan membahas penguatan organisasi saudagar ikan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi pada sektor perikanan di Aceh.
Juga membentuk Asosiasi Saudagar Ikan Aceh.
Razali mengatakan selama ini nelayan dan pedagang ikan di Aceh masih sebatas pekerjaan saja.
Sementara keuntungan besar diambil oleh pengusaha ikan di Sumatera Utara.
“Ini menunjukkan, selama puluhan tahun para saudagar ikan di Aceh belum mampu menjadi tuan rumah di daerah sendiri,” katanya.
Menurutnya, kesalahan selama ini adalah pedagang dan nelayan Aceh hanya bergerak secara individual tanpa pernah membentuk komunitas solid untuk memperkuat jaringan pasar. Karenanya Pemerintah Aceh mendukung pembentukan Asosiasi Saudagar Ikan Aceh.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Panitia Kongres, M Adli Abdullah. “Melalui asosiasi lembaga ini, posisi pedagang ikan Aceh akan lebih bagus,” ujarnya.
Kongres selama dua hari itu digagas oleh Panglima Laot Aceh (lembaga ada nelayan di Aceh) dan Kadin Aceh dengan dukungan dana dari UN-FAO Aceh.
ADI WARSIDI