TEMPO.CO, Jakarta - Putri Candrawathi mengaku tidak tahu siapa yang mengajak Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Briagdir J untuk isolasi mandiri ke rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga 46, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.
Selama pemeriksaan sebagai terdakwa, Putri Candrawathi mengatakan ia pamit kepada suaminya, Ferdy Sambo, untuk isolasi mandiri ke rumah Duren Tiga setelah melakukan tes PCR dan menceritakan kejadian di Magelang kepada Ferdy Sambo.
“Sehabis saya menenangkan diri, saya ke kamar mandi dan mencuci muka, mempersiapkan segala perlengkapan untuk isolasi. Terus saya pamit ke suami, saya sampaikan ke suami saya ‘saya mau isolasi dulu’. Lalu suami saya menyampaikan ‘kamu isolasi saja dulu nanti malam kita panggil yosua untuk mengkonfirmasikan kejadian tanggal 7 kemarin’,” cerita Putri dalam sidang pada Rabu 11 Januari 2023.
Putri kemudian turun ke lantai satu dan bertemu ajudan Ferdy Sambo, Daden Miftahul Haq, di garasi. Ia meminta Daden memanggil Ricky Rizal untuk mengantarkan ke rumah dinas untuk isolasi. Ricky mengiyakan dan langsung naik mobil.
“Masih ingat siapa saja yang naik di situ?” tanya hakim.
“‘Mohon maaf karena waktu itu saya tidak enak badan saya tidak perhatikan siapa saja yang ada di mobil,” kata Putri.
Hakim pun mengingatkan kembali kesaksian para terdakwa. Ricky Rizal di kursi kemudi, Yosua duduk di depan, kemudian Kuat Ma’ruf bersama Richard Eliezer di belakang. Hakim mengatakan berdasarkan keterangan Richard, ia saat itu mengambil makanan tiba-tiba dipanggil Daden untuk segera masuk ke mobil karena Putri hendak berangkat. Kemudian Ricky mengatakan pada saat itu memanggil Kuat yang sedang duduk di depan agar ikut bergabung.
“Nah, tidak ada satu saksi pun yang menerangkan kenap yosua ikut. Bisa saudara terangkan?” tanya hakim.
“Saya tidak tahu kenapa Dik Yosua ikut dan saya tidak pernah mengajak Dik Yosua, Dik Richard maupun Kuat,” jawab Putri.
Hakim pun kembali mengingatkan Putri Candrawathi. Pasalnya, ia pernah mengatakan tidak akan mau satu mobil lagi dengan Yosua setelah peristiwa Magelang.
“Tapi pada faktanya menuju ke rumah Duren Tiga ternyata Yosua ikut satu mobil?” tanya hakim.
“Karena waktu itu sedang sakit, saya pusing Yang Mulia, saya tidak perhatikan siapa saja yang ada di dalam itu karena saya hanya ingin istirahat sambil menunggu hasil PCR,” ujar Putri Candrawathi.
Dalam pemeriksaanya sebagai terdakwa pada 5 Januari kemarin, Richard Eliezer Pudihang Lumiu mengatakan Ferdy Sambo sempat meminta Richard menjawab hendak isolasi jika ada yang bertanya ketika hendak mengambil senjata api Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dari dashbord mobil yang terparkir di carport rumah Saguling 3, Jakarta Selatan, pada 8 Juli lalu.
Kepada hakim, Richard mengatakan awalnya Ferdy Sambo menanyakan di mana senjata api Yosua setelah ia menyampaikan rencana pembunuhan. Saat itu, Richard mengatakan Putri Candrawathi juga berada di samping Ferdy Sambo.
“Terus ditanya ke saya senpinya Yosua mana. Saya bilang ‘siap!’ karena seingat saya kan Bang Ricky simpan di dashbord mobil Lexus. Saya bilang ‘siap ada di mobil Lexus Bapak’. ‘Nanti habis ini kau turun ke bawah ambil senpinya, bawa naik lagi ke sini’. ‘Siap Bapak!’ kata Richard menirukan perintah Ferdy Sambo.
Richard mengatakan hanya ia dan Ricky Rizal yang mengetahui jika pistol HS-9 dengan nomor seri H233001 milik Yosua diamankan di dalam dashboard mobil Lexus yang membawa rombongan Putri Candrawathi dari Magelang ke rumah Saguling.
“Terus sudah selesai saya mau berdiri, Pak Sambo diam, lanjut nangis. Saya izin ke bawah untuk ambil senpi. Pas berdiri Pak Sambo bilang ‘Chad nanti kalau ada yang tanya bilang aja mau isolasi’. ‘Siap bapak’ saya langsung turun,” kata Richard.
Sebelumnya, Richard mengatakan Ferdy Sambo menyampaikan detail skenario palsu yang telah dia susun agar kematian Yosua terkesan akibat upaya bela diri oleh Richard Eliezer. Dalam skenario itu, menurut Richard, Sambo telah menyebut peristiwa itu terjadi di rumah Komplek Duren Tiga.
“Jadi gini Chad, lokasinya di 46 (nomor rumah dinas). Nanti di 46 itu Ibu dilecehkan oleh Yosua, terus Ibu teriak kamu respons, terus Yosua ketahuan. Yosua tembak kamu, kau tembak balik Yosua, Yosua yang meninggal,” kata Richard menirukan skenario palsu yang dipersiapkan Sambo.
Richard mengatakan saat itu Ferdy Sambo menyampaikan jelas perintahnya dan memastikan Putri Candrawathi mendengarnya. Kemudian Ferdy menjelaskan kembali skenarionya dan menguatkan Richard.
“Sudah kamu enggak usah takut karena posisinya itu pertama kamu bela Ibu. Yang kedua kamu bela diri karena dia nembak duluan,” kata Richard mengulangi omongan Ferdy Sambo.
Richard mengaku Putri Candrawathi saat itu sempat berbicara dengan Ferdy Sambo. Meski terdengar samar, Richard mengaku mendengar Putri menyinggung soal CCTV dan sarung tangan.
Richard bahkan melihat Ferdy Sambo sudah mengenakan sarung tangan hitam dan memberikannya sekotak amunisi 9 milimeter, serta memerintahkannya mengisi amunisi pistol Glock-17 miliknya.
Eksekusi Yosua berlangsung antara pukul 17.11-17.16 ketika Ferdy Sambo tiba di rumah dinas Kompleks Polri Duren Tiga. Ferdy Sambo memegang leher belakang Yosua dan mendorongnya hingga berada di depan tangga lantai satu. Yosua berhadapan dengan Ferdy Sambo dan Richard Eliezer, sementara Kuat Ma’ruf berada di belakang Ferdy Sambo dan Ricky Rizal bersiaga apabila Yosua melawan. Kuat Ma’ruf juga menyiapkan pisau yang ia bawa dari Magelang untuk berjaga-jaga apabila Yosua melawan. Adapun Putri Candrawathi berada di kamar lantai satu yang hanya berjarak tiga meter dari posisi Brigadir J.
Baca: Putri Candrawathi Menangis saat Ceritakan Detik-detik Tuduhan Pemerkosaan Yosua