TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Kuat Ma’ruf, memberikan gestur jari cinta atau finger heart (dalam Bahasa Korea, son-kha-rakh) sebelum memulai sesi persidangan pemeriksaan saksi mahkota di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 5 Desember 2022.
Kuat Ma’ruf memasuki ruang sidang sekitar pukul 10.00 WIB setelah sebelumnya terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan Ricky Rizal Wibowo. Dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang, Kuat duduk begitu sampai. Tiba-tiba kuasa hukumnya memberi isyarat kepada Kuat agar memberi salam kepada media dan hadirin.
Kuat pun membalikan badan dan mengangkat tangan dan membuat gestur jari berbentuk hati. Salam cinta yang biasa digunakan idol K-Pop untuk menyapa fans. Kemudian, Kuat kembali duduk di kursi pemeriksaan di hadapan majelis hakim di posisi paling kiri.
Hari ini merupakan sidang lanjutan pemeriksaan saksi mahkota terdakwa Richard Eliezer dan Ricky Rizal. Kuasa hukum Kuat, Irwan Irawan, mengatakan kliennya akan menjadi saksi mahkota untuk Ricky Riza dan Richard. “Besok KM bersaksi utk RR dan RE,” kata Irwan saat dihubungi Ahad, 4 Desember 2022.
Baca: Richard Eliezer Ungkap Alasan Tak Tolak Perintah Ferdy Sambo untuk Tembak Yosua
Hari ini, Senin, 17 Oktober 2022, Jaksa Penuntut Umum mendakwa Kuat Ma’ruf dengan dakwaan primer Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Dalam surat dakwaannya, JPU menuduh Kuat mengetahui dan membantu skenario Ferdy Sambo dalam pembunuhan Yosua di lantai 3 rumah pribadi di Jalan Saguling 3 pada 8 Juli lalu. Atasannya, Ferdy Sambo, disebut marah setelah mendengar keterangan sepihak dari istrinya, Putri Candrawathi yang mengaku dilecehkan Yosua di Magelang pada 7 Juli 2022.
Kuat juga dituduh sempat mengancam Yosua dengan pisau dapur saat kejadian di Magelang. Ia juga menutup pintu rumah dan jendela rumah dinas Ferdy Sambo beberapa menit sebelum eksekusi.
Eksekusi Yosua berlangsung antara pukul 17.11-17.16 ketika Ferdy Sambo tiba di rumah dinas Kompleks Polri Duren Tiga. Ferdy Sambo memegang leher belakang Yosua dan mendorongnya hingga berada di depan tangga lantai satu. Yosua berhadapan dengan Ferdy Sambo dan Richard Eliezer, sementara Kuat Ma’ruf berada di belakang Ferdy Sambo dan Ricky Rizal bersiaga apabila Yosua melawan.
Kuat Ma’ruf juga menyiapkan pisau yang ia bawa dari Magelang untuk berjaga-jaga apabila Yosua melawan. Adapun Putri Candrawathi berada di kamar lantai satu yang hanya berjarak tiga meter dari posisi Brigadir J.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.