TEMPO.CO, Jakarta - Berita yang menarik perhatian pembaca hingga pagi ini yaitu para mantan presiden dan wakil presiden RI seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Try Sutrisno, dan Hamzah Haz menghadiri jamuan makan malam bersama para kepala negara G20. Kemudian, Sebanyak 26 Mahasiswa yang tergabung dalam massa aksi Indonesian People’s Assembly (IPA) Wilayah NTB ditangkap pihak Kepolisian saat menggelar aksi merespons KTT G20. Berikut ringkasannya:
1. Di Makan Malam KTT G20, Megawati dan SBY Duduk Satu Meja
Para mantan presiden dan wakil presiden RI seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Try Sutrisno, dan Hamzah Haz menghadiri jamuan makan malam bersama para kepala negara G20 di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, pada Selasa malam, 15 November 2022. Dari pantauan Tempo di lokasi, para politikus itu menghadiri gala dinner secara bersama-sama.
SBY, Megawati, dan JK terlihat menunggu di ruang transit sebelum beranjak ke Lotus Pond GWK untuk makan malam bersama para pemimpin negara-negara G20. Saat tiba di lokasi acara, tampak Megawati dan Ketua DPR RI Puan Maharani banyak berinteraksi dengan para menteri. Sementara SBY terlihat menyapa sejumlah kepala negara G20.
Dalam foto yang beredar, Megawati, SBY, Puan, dan JK terlihat makan malam bersama di satu meja bundar. SBY yang menggunakan batik biru tampak duduk di sebelah JK yang hadir bersama istrinya, Mufidah Kalla.
Sementara Megawati duduk berseberangan dengan SBY mengenakan kebaya berkelir biru. Lalu Puan Maharani duduk di tengah meja dan menjadi pembatas antara SBY dengan Megawati. Turut hadir dalam meja tersebut Hamzah Haz dan Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno.
Dalam gala dinner itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan istrinya, Iriana tampak mengenakan pakaian adat Bali. Mereka berdua menyambut kedatangan setiap kepala negara yang hadir dalam acara tersebut.
Jokowi juga tertangkap kamera mengobrol bersama Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Dalam obrolan tersebut, MBZ dan Macron tampak membicarakan sesuatu yang disambut tawa oleh Jokowi.
Selain itu, sejumlah menteri seperti Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD, hingga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga hadir dalam kesempatan tersebut.
Selain menikmati makan malam, para kepala negara G20 itu juga turut menikmati sejumlah pertunjukan musik hingga tari tradisional Bali.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menjelaskan arti dari patung GWK tersebut. "Dalam mitologi masyarakat Bali, patung ini memilki makna tentang cinta, tanggung jawab, keberanian, dan pengabdian," ujar Jokowi dalam keterangannya sambutannya.
Menurut Jokowi, nilai-nilai dari Patung GWK merupakan gambaran tugas dan tanggung jawab para pemimpin dunia. Selain itu, dalam sambutannya Jokowi juga mengungkapkan sedikit kekhawatirannya mengenai rasa masakan yang dihidangkan di acara tersebut. "Selamat menikmati hidangan yang kami siapkan, saya harap tidak terlalu pedas untuk para tamu yang terhormat," kata Jokowi.
2. Sebanyak 26 Mahasiswa Ditangkap saat Gelar Demonstrasi KTT G20
Sebanyak 26 Mahasiswa yang tergabung dalam massa aksi Indonesian People’s Assembly (IPA) Wilayah NTB ditangkap pihak Kepolisian saat menggelar aksi merespons KTT G20, Selasa, 15 November 2022.
Penangkapan massa IPA terjadi di dua titik aksi, masing-masing 14 orang di Mataram dan 15 orang di Lombok Timur. Badarudin, Koordinator LBH Mataram, mengatakan polisi membubarkan mahasiswa saat mereka mau memulai aksi di Bundaran Bank Indonesia Mataram. “Massa aksi ditangkap dan diangkut paksa ke kantor Kepolisian Resor Kota Mataram," katanya kepada Tempo.
Koordinator IPA wilayah NTB, Muhammad Alwi juga turut ditangkap di Mataram. Penangkapan lainnya terjadi di Selong, Lombok Timur. Sebanyak 12 orang Mahasiswa yang terlibat dalam aksi dibawa ke Markas Kodim Lombok Timur.
Badar mengatakan, seperti penangkapan di Mataram, massa di Lombok Timur belum sempat menggelar aksi. "Mereka baru membuat lingkaran, langsung dibubarkan dan diangkut ke Makodim," kata Badar, "Salah seorang massa aksi, bahkan ditangkap di tempat kosnya."
Hingga berita ini ditulis seluruh massa aksi yang ditangkap belum dibebaskan. Tim LBH Mataram sudah bisa menemui mereka yang ditahan di Mapolres Kota Mataram. "Mereka belum di BAP, katanya menunggu perintah Kapolres," ungkap Badar.
Sementara itu di Lombok Timur, tim LBH Mataram belum diizinkan untuk menemui massa aksi yang ditangkap. "Sampai malam ini, tim LBH Mataram belum diizinkan menemui massa aksi yang ditangkap." Kata Badar.
Aksi massa IPA wilayah NTB adalah aksi koordinatif yang dilakukan secara serentak oleh IPA di seluruh daerah secara nasional. Aksi tersebut dalam rangka merespons KTT G20 yang sedang berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.
Seperti yang terjadi di berbagai daerah, aksi-aksi merespons KTT G20 mengalami berbagai tekanan. Juru bicara Front Mahasiswa Nasional (FMN) Mataram, Andini Nurcholisah, menuturkan beberapa hari terakhir, sekretariat FMN Mataram yang merupakan salah satu anggota IPA NTB
didatangi aparat. "Hari ini, (Selasa, 15 November 2022) datang lagi berjaga, dan tidak membiarkan kami meninggalkan sekretariat untuk menggelar aksi," kata Andini.
Sementara itu, sebagian anggota IPA akhirnya dapat melangsungkan aksinya di perempatan bundaran Bank Indonesia (BI NTB), tapi tidak berlangsung lama. Polres Kota Mataram bergegas membubarkan mereka dan membawa massa ke kantornya.
FMN Mataram menilai pembubaran unjuk rasa serta seluruh tindakan yang dilakukan oleh pemerintah demi menjaga keberlangsungan KTT G20 merupakan cermin watak pemerintah Indonesia yang anti kritik. "Tuduhan terhadap gerakan rakyat yang akan mengganggu keamanan dan keberlangsungan KTT G20 adalah tuduhan keji yang tidak berdasar. Rakyat justru melihat kebenaran dari KTT G20 yang sejatinya adalah persekongkolan jahat dan kotor yang ditunggangi kepentingan penjajahan atas negeri." kata Andini.
“Sampai malam ini diterbitkan, kami belum mendapatkan informasi atau update apapun terkait kondisi kawan-kawan yang sudah ditangkap. Kami juga belum mengetahui apakah mereka dalam keadaan baik-baik saja atau tidak dan kapan akan dibebaskan," ungkap Dini.
Hingga berita ini ditulis belum ada pernyataan resmi dari aparat kepolisian soal penangkapan mahasiswa ini. Kabid Humas Polda NTB, Komisaris Besar Artanto yang dikonfirmasi Tempo hanya memberikan jawaban singkat. "Saya cek dulu," kata Artanto melalui pesan WA.
Baca: Makan Malam Bersama Pimpinan G20, Jokowi: Saya Harap Tidak Terlalu Pedas