TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Listyo Sigit Prabowo di hadapan sejumlah calon Petinggi Polri, Listyo Sigit Prabowo menyebutkan pepatah soal pemotongan “kepala”. Ia mengungkapkan, “Ada pepatah, ‘ikan busuk mulai dari kepala‘, kalau pimpinannya bermasalah, maka bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus jadi teladan, sehingga bawahannya akan meneladani," kata Kapolri.
Pernyataan Kapolri itu setahun lalu, pada acara penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimmen Polri Dikreg ke-61, dan Sespimma Polri Angkatan ke-66 di Lembang pada 27 Oktober 2021.
Saat itu, Listyo Sigit menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak mungkin diikuti oleh anak buahnya apabila tidak menunjukkan teladan yang baik. “Kalau tak mampu membersihkan ekor, maka kepalanya akan saya potong," katanya.
Saat itu, ungkapan Kapolri menjadi perbincangan hangat publik. Masyarakat menunggu sikap Listyo Sigit, dalam membenahi institusi Polri.
Baca: Kronologi Kasus Narkoba Irjen Teddy Minahasa Dibeberkan Kapolri Listyo Sigit
Kasus Ferdy Sambo, Teddy Minahasa, Tragedi Kanjuruhan
Ucapan Listyo Sigit itu, jauh hari sebelum terjadinya kasus pembunuhan Brigadir J atau Yosua oleh mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo, yang diduga melibatkan tak kurang dari 100 anggota polisi, baik yang terlibat langsung maupun dalam berbagai upaya obstruction of justice, menghilangkan alat bukti atau menghalang-halangi penyidikan. Termasuk, isti Sambo, Putri Candrawathi. Kasus ini masih bergulir persidangannya.
Belum usai kasus Sambo, muncul Tragedi Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022. Aparat kepolisian melakukan tindakan penembakan gas air mata kadaluwarsa, yang diduga menjadi salah satu sebab 135 orang meninggal dunia. Dan, menjadi salah satu tragedi terburuk dalam sepak bola dunia.
Kapolri menonaktifkan 10 anggota Polri sehari setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan. Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar Ferli Hidayat dan sembilan anggota lain.
"Malam ini Bapak Kapolri mengambil keputusan menonaktifkan dan mengganti Kapolres Malang," kata Kadivhumas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Senin, 3 Oktober 2022.
Belum usai kasus Sambo, menyusul kasus Irjen Teddy Minahasa. Perwira polisi yang menurut data LHKPN merupakan polisi terkaya di negeri ini, diduga terlibat kasus perdagangan narkoba. Penetapannya sebagai tersangka, hanya dua-tiga hari setelah penetapannya sebagai Kapolda Jawa Timur, dari posisinya sebagai Kapolda Sumatera Barat.
Kapolri dalam konferensi pers di Mabes Polri, 14 Oktober 2022 mengungkapkan kronologi tersangkutnya Irjen Teddy Minahasa. Dari penangkapan pengedar mengarah ke AKBP mantan Kapolres Bukittinggi, yang merujuk ke Irjen Teddy Minahasa. “Melihat ada keterlibatan Irjen TM atas dasar tersebut, kemarin saya minta Kadiv Propam lakukan penjemputan dan pemeriksaan Irjen TM,” katanya.
“Tadi pagi telah dilaksanakan gelar perkara dan saat ini Irjen TM dinyatakan telah melakukan pelanggaran dan sudah dilakukan penempatan khusus, tentunya terkait hal tersebut saya minta Kadiv Propam laksanakan terkait etik dan ancaman pidana,” ujar Listyo Sigit.
Kata-kata Kapolri Setahun Lalu
Iklan
Setahun lalu itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan dirinya tidak akan ragu menindak tegas para Kapolda, Kapolres, hingga Kapolsek apabila tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya.
Menurut Kapolri, keteladanan itu diperlukan kebaikan Korps Bhayangkara ke depan. Sigit memerintahkan kepada para jajarannya, untuk turun langsung ke lapangan agar tahu apa yang dirasakan masyarakat dan anak buah.
Sigit mengingatkan kapada anggotanya agar menjaga emosi, dan jangan mudah terpancing. Emosi akan mudah meledak akan akibatkan perbuatan yang tidak terukur.
"Apalagi diberikan kewenangan oleh undang undang, maka tindakan tidak tersebut akan berpotensi menjadi masalah,” kata Kapolri saat itu.
"Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai,” tutur Kapolri.
Menurut Sigit, pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi semua pihak sebagaimana semangat dari lahirnya konsep Presisi yakni Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan. Konsep Presisi, menurutnya, baru bisa dirasakan oleh masyarakat dan internal kepolisian apabila benar-benar diimplementasikan dengan baik.
Eks Kabareskrim Polri ini menyayangkan tren kepercayaan publik terhadap Polri mengalami penurunan karena adanya sejumlah perbuatan sejumlah polisi yang tidak terpuji. Kapolri berharap ini menjadi koreksi bagi internal Polri untuk melakukan perbaikan.
“Saya dan seluruh pejabat utama memiliki komitmen kepada anggota yang sudah bekerja keras di lapangan, kerja bagus, capek, meninggalkan anak-istri. Akan selalu komitmen berikan reward. Kalau saya lupa, tolong diingatkan,” kata Kapolri, saat itu.
Namun sebaliknya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan, sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau melanggar aturan.
Baca juga: Kapolri: Tak Mampu Bersihkan Ekor, Kepalanya Saya Potong