TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan jumlah pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal akut bertambah menjadi 245 anak dari data Jumat lalu sebanyak 241 angka. Sebanyak 80 persen dari kasus ini tersebar DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatra Barat, Bali, Banten dan Sumatra Utara.
Budi menyatakan, jumlah provinsi yang melaporkan kasus ini juga bertambah menjadi 26 dari sebelumnya 22 provinsi. Angka kematiannya pun naik dari sebelumnya 133 anak pada Jumat lalu menjadi 141 anak.
"Fatality rate persentasenya cukup tinggi, yakni 141 atau 57,6 persen. Jumlah kasus ini sebetulnya mulai naik di Agustus. Jadi sebelum Agustus itu angka kematiannya normal dari tahun ke tahun, kecil, di bawah 5 (orang)," kata Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 24 Oktober 2022.
Kasus gagal ginjal akut pada anak ini diduga diakibatkan jenis obat sirup yang mengandung Etilen Glikol (E), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) melebihi ambang batas. Pemerintah kini telah melarang penjualan obat batuk cair untuk mencegah cemaran itu mengontaminasi lebih banyak anak.
Kronologi Penemuan Penyebab Gagal Ginjal
Lebih lanjut, Budi Gunadi Sadikin mengatakan temuan pasien gagal ginjal mulai mengalami kenaikan pesat pada September 2022, yakni mencapai 78 orang dan pada Oktober 2022 menjadi 141 orang. Budi mengatakan sebagian besar pasien yang mengalami gagal ginjal berusia di bawah lima tahun.
Budi mengatakan pihaknya mulai mengamati kasus gagal ginjal ini sejak Agustus 2022. Saat itu pemerintah menduga kasus gagal ginjal akut pada anak melonjak akibat virus, bakteri, atau parasit. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan gagal ginjal itu, kata Budi, adalah leptospira.
Selanjutnya, review patologi untuk mengetahui penyebab gagal ginjal akut