Sehingga pada 9 September, Tiara dirujuk lagi ke Rumah Sakit Anak dan Bunda atau RSAB Harapan Kita di daerah Palmerah, Jakarta Barat, 14 kilometer jauhnya dari RS Fatmawati. Pada 12 September, Tiara harus menjalani operasi pasang selang di perut untuk mencuci ginjalnya dengan metode cuci darah CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).
Setelah operasi badan Tiara mulai menyusut normal kembali, meskipun air kencingnya masih sangat sedikit yang keluar. Sehingga pada 13 September, Tiara bisa kembali ke kamar rawat inap.
Tapi pada 14 September, Tiara mengalami sesak napas dan harus masuk ruangan ICU lagi. Saat itu, dokter memberi tahu kalau kondisi Tiara sangat berat. Lalu pada 23 September, Tiara pun mengalami koma sampai hari ini atau persis sebulan lamanya.
Menurut penuturan dokter, kata Desi, Tiara mengalami komplikasi ke otak. Komplikasi ini adalah efek dari gagal ginjal yang diderita Tiara.
Dua kali upaya CT Scan pun dilakukan. Pertama diketahui ada penyumbatan di otak, lalu kedua diketahui ada penumpukan cairan di otak. "Itu yang bikin masih belum sadar sampai saat ini," ujar Desi.
Untuk membiayai semua pengobatan putrinya, Desi mengandalkan BPJS Kesehatan yang kenyataannya tidak menanggung 100 persen. Desi menyebut masih ada obat-obatan dan peralatan yang harus ditanggung pribadi di luar BPJS. "Sebagian ada yang enggak di-cover," kata dia.
Ia mencontohkan ketika pertama kali merujuk Tiara ke RSAB Harapan Kita. Di sana, Tiara harus di-swab dengan biaya dari kantong Desi sendiri yang dinilainya tidaklah murah. "Dokter menyuruh dengan bahasa ini, pas mau di operasi, screening TCM Covid, itu yang kami bayar sendiri," ujarnya.
Meski sudah gonta-ganti rumah sakit demi kesembuhan Tiara, belum ada satupun tim dari Kementerian Kesehatan yang mendatangi Desi. Entah itu sekedar untuk mendata ataupun keperluan lainnya.
Kini, Desi dan sang suami, Andi, masih berjuang untuk kesembuhan sang buah hati. Hari ini, 23 Oktober, Desi menjenguk putrinya yang masih koma dan terbaring di RSAB Harapan Kita.
Ia datang ke sana dengan jarak yang tidak dekat, 20 kilometer lebih, dari rumahnya yang berada di Ciganjur, Jagakasa. "Saya jenguk aja, soalnya di ICU, kan enggak boleh ditemani," ujarnya.
Baca: Sebut Termorex Aman, BPOM: Hanya Batch Tertentu, EG dan DEG Lebihi Ambang Batas