Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Korban G30S di Yogyakarta, Hari-hari Terakhir Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono

Brigjen Katamso. Wikipedia
Brigjen Katamso. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam peristiwa kelam G30S pada 30 September 1965, putra-putra terbaik Indonesia gugur. Di Jakarta, 7 pahlawan revolusi menjadi korban operasi gelap itu, dann di Yogyakarta Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono pun menjadi korban rangkaian G30S.

Mayat Brigjen Katamso Darmokusumo salah satunya yang ditemukan dalam lubang yang sama dengan Kolonel Sugiyono 21 hari usai kematiannya.

Dilansir dari dpad.jogjaprov.go.id, pada 1 Oktober 1965 di Yogyakarta, terjadi upaya kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan penculikan para jenderal di Jakarta. PKI pun berhasil menguasai RRI Yogyakarta, Markas Korem 072 dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi. 

Kemudian sore harinya PKI menculik Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan Kepala Staf Korem Letnan Kolonel Sugiyono dan membawanya ke daerah Kentungan. Keduanya dipukul dengan kunci mortar dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah lubang empat persegi panjang yang hanya berukuran 3x4 meter yang telah dipersiapkan. Kolonel Katamso yang telah kehilangan nyawanya dimasukkan terlebih dahulu, disusul dengan Letkol Sugiyono.

Jenazah keduanya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965 setelah dilakukan pencarian besar-besaran. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan yang telah rusak dan membusuk dimakan waktu. Keesokan harinya mayat Katamso dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. 

Profil Brigjen Katamso

Dikutip dari arpus.sragenkab.go.id, Katamso Dharmokusumo lahir pada 5 Februari 1923 di Sragen, Surakarta, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Katamso bernama Ki Sasrosudarmo, yang mempunyai latar belakang sosial sebagai golongan menengah.

Pendidikan umum tertinggi ditempuh Katamso pada Meer liigebreid Lager Onderwijs (MULO) atau kini disebut SMP. la tak sempat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sebab setelah selesai dari MULO, Jepang telah menduduki Indonesia.

Saat zaman penjajahan Jepang Katamso mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA). Usai menyelesaikan pendidikannya ini, ia diangkat menjadi Budanco atau komandan regu pada Batalyon 2 di Sala. Setahun kemudian Desember 1944 pangkatnya dinaikkan menjadi komandan peleton. Ia tetap berkedudukan di Sala.

Ia membangun bahtera rumah tangga dengan seorang perempuan bernama RR. Sriwulan Murni. Dari kehidupan pernikahannya melahirkan tujuh anak yang dua di antaranya wanita, yaitu Endang Murtaningsih dan Murni Ediyanti. Lima anak laki-lakinya adalah Putut Kusdarmanto, Teguh Murtamso, Heru Sutoko, Ery Murwanto, dan Tamso Muryanto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Usai proklamasi kemerdekaan, ia mengikuti TKR yang perlahan lahan berubah menjadi TNI. Selama masa agresi militer belanda, pasukan yang dipimpinnya sering bertempur untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Sesudah pengakuan Kedaulatan, beliau diserahi tugas untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.

Saat terjadinya kudeta oleh PKI pada 1 Oktober 1965 di Yogyakarta dengan penculikan para jenderal di Jakarta. PKI akhirnya berhasil menguasai RRI Jogjakarta, Markas Korem 072 dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi.

Kemudian PKI menculik Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan Kepala Staf Korem Letnan Kolonel Sugiono pada 2 Oktober 1965 dini hari dan membawanya ke daerah Kentungan. Ia tewas setelah kepalanya dipukul dengan kunci mortal besar. Jenazahnya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965 dan dikebumikan keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Kolonel Katamso ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Brigadir Jenderal Katamso yang meninggalkan seorang isteri dan tujuh orang anak ini, memiliki pula 10 tanda kehormatan sebagai penghargaan terhadap tugas yang dijalankannya. 

ANNISA FIRDAUSI

Baca: G30S: Brigjen Katamso Lawan Agresi Belanda Dikhianati Prajurit Sendiri

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Tan Malaka: Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia

4 hari lalu

Tan Malaka. ANTARA/Arief Priyono
Tan Malaka: Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia

Sebagai Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka memberikan sumbangsih dalam pemikiran untuk dasar negara dan pemikiran lainnya.


Mengingat Tan Malaka, Pahlawan yang Terlupakan

4 hari lalu

Tan Malaka. id.wikipedia.org
Mengingat Tan Malaka, Pahlawan yang Terlupakan

Tan Malaka salah satu tokoh pejuang kemerdekaan. Sayangnya peninggalan bersejarah yang berkaitan dengannya kurang diperhatikan.


Rencana Pemerintah Soal Eksil 1965: Dinyatakan Bukan Pengkhianat, Dipulihkan Haknya, dan Diberi Tiga Opsi

32 hari lalu

Adegan di film Eksil. Foto: JAFF.
Rencana Pemerintah Soal Eksil 1965: Dinyatakan Bukan Pengkhianat, Dipulihkan Haknya, dan Diberi Tiga Opsi

Pemerintah berencana untuk menyatakan para eksil 1965 sebagai bukan pengkhianat negara, dipulihkan haknya, dan diberi 3 opsi soal kewarganegaraan.


Pemerintah Berencana Berikan 3 Opsi untuk Eksil Peristiwa 1965

33 hari lalu

Tentara menggiring orang-orang yang diduga PKI [Perpusatkaan Nasional RI via Tribunal1965]
Pemerintah Berencana Berikan 3 Opsi untuk Eksil Peristiwa 1965

Tawaran yang diberikan Kemenkumhan ini merupakan kelanjutan dari rencana pemerintah untuk memulihkan hak para korban eksil peristiwa 1965.


Jokowi Akan Nyatakan Sejumlah Eksil 1965 Bukan Pengkhianat Negara

35 hari lalu

Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) serta Wakil Presiden Ma'ruf Amin (keempat kiri) menyapa tamu undangan seusai upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2022 di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Sabtu 1 Oktober 2022. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jokowi Akan Nyatakan Sejumlah Eksil 1965 Bukan Pengkhianat Negara

Dalam kick off peluncuran upaya penyelesaian pelanggaran HAM berat secara non-yudisial, Presiden Jokowi akan beri pengakuan kepada para eksil.


Profil Kiswadi Agus, Sosok yang Getol Inginkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dari Tahun ke Tahun

15 Maret 2023

Yayasan Keluarga Besar Soeharto (YKBS), Kiswadi Agus. Dok. JogloSemarNews
Profil Kiswadi Agus, Sosok yang Getol Inginkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dari Tahun ke Tahun

Presiden Soeharto beberapa kali diajukan sebagai pahlawan nasional, banyak pula penolakannya. Kiswadi Agus terus berusaha untuk itu. Ini alasannya.


Pencetus Terbitnya Supersemar, Pintu Masuk Pemerintahan Orde Baru, Begini Kronologinya

11 Maret 2023

Sukarno dan Soeharto
Pencetus Terbitnya Supersemar, Pintu Masuk Pemerintahan Orde Baru, Begini Kronologinya

Pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno memberikan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar kepada Pangkopkamtib Soeharto. Begini isinya.


Jokowi Akan Jamin Seluruh Hak Eksil 1965 di Eropa Timur Sebagai WNI

16 Januari 2023

Menkopolhukam Mahfud MD saat memberikan tanggapan atas penolakan terhadap penerbitan Perppu Cipta Kerja di kawasan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Januari 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Jokowi Akan Jamin Seluruh Hak Eksil 1965 di Eropa Timur Sebagai WNI

Jokowi akan mengutus menteri ke Eropa Timur untuk menemui para pelanggaran HAM berat masa lalu termasuk para eksil tragedi Gerakan 30 September 1965.


Peristiwa Kanigoro, Teror Massa PKI di Ponpes Al-Jauhari Kediri Subuh Hari Itu

15 Januari 2023

Petugas mengecat Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Peristiwa Kanigoro, Teror Massa PKI di Ponpes Al-Jauhari Kediri Subuh Hari Itu

Pada 13 Januari 1965, Peristiwa Kanigoro terjadi di Kediri, saat massa PKI menyerbu Ponpes Al-Jauhari, pada subuh hari itu. Begini kisah saksi mata.


12 Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu yang Diakui Jokowi: Peristiwa 1965 hingga Petrus

11 Januari 2023

Presiden Jokowi saat menerima Tim Penyelesaian Yudisial Pelanggaran HAM Berat yang menyerahkan hasil laporannya terhadap 12 kasus, pelanggaran HAM di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Januari 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
12 Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu yang Diakui Jokowi: Peristiwa 1965 hingga Petrus

Presiden Jokowi mengakui soal adanya 12 pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu.