Para pemuda tetap bersikukuh meminta proklamasi diumumkan malam itu juga. Menurut mereka, Indonesia tak perlu menunggu hingga kemerdekaannya diberikan oleh Jepang sebagai hadiah. Kendati Jepang telah menyerah dan takluk dalam Perang Asia Timur Raya seusai Nagasaki dan Hiroshima dibom oleh tentara Sekutu.
“Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?” kata mereka.
Setelah amarahnya mereda, Bung Karno kemudian mengatakan kepada para pemuda mengenai pertimbangannya untuk tak buru-buru memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut Soekarno, kekuatan segelintir para pemuda yang berapi-api, yang rela mengorbankan jiwa dan raga itu tak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Belanda.
Alasan lainnya, menunda proklamasi karena Indonesia belum bisa menjamin keamanan untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak, serta bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan. “Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu?” kata Bung Karno dengan tenang. “Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri.”
Ucapan Bung Hatta dan Bung Karno tak menyurutkan semangat para pemuda. Bung Karno akhirnya mengatakan dirinya tak dapat mengambil keputusan sendiri dan harus berunding dengan tokoh lainnya. Para pemuda setuju dan memperkenankan Bung Karno untuk berunding. Setelah berunding dengan Ahmad Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro, Bung Hatta menyampaikan keputusan bahwa usul para pemuda ditolak karena kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta.
Peristiwa Rengasdengklok
Mendengar penjelasan Bung Hatta, para pemuda tidak puas. Mereka mengambil keputusan yang menyimpang, menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang. Sukarni dan kawan-kawan kemudian membawa Soekarno - Hatta ke Rengasdengklok.
Peristiwa itu terjadi pada 16 Agustus 1945, pukul 04.00 dini hari. Meski sangat kecewa dengan keputusan golongan pemuda yang tak mau mendengarkan perkataannya, Soekarno terpaksa menurut. Apalagi menilik kondisi saat itu yang memanas antara golongan muda dan golongan tua.
Sejarawan Taufik Abdullah melukiskan peristiwa Rengasdengklok sebagai peristiwa penting karena berkaitan dengan tanggal Proklamasi. Sehari penuh Soekarno dan Hatta “disandera” Sukarni cs. Namun tak ada yang berani menekan keduanya. Sukarni dan kawan-kawan hanya dapat mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya, seperti rencana para pemuda di Jakarta. Tapi, Bung Karno dan Bung Hatta tidak mau didesak begitu saja. Keduanya, tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana awal.
Kendati begitu, akhirnya Bung Karno bersedia untuk menyegerakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di hadapan Shodanco Singgih, Bung Karno mengatakan proklamasi akan dibacakan setelah kembali ke Jakarta. Bung Karno dan Bung Hatta dijemput rombongan Ahmad Soebardjo dari Jakarta.