TEMPO.CO, Jakarta - Kalau tak ada Sukarni Cs, Soekarno-Hatta tak akan memproklamasikan Indonesia pada 17 Agustus 2022. Mengutip laman setneg.go.id, pada 15 Agustus 1945, bertepatan dengan Jepang yang menyerah kepada Sekutu, berlangsung perdebatan serius antara pemuda Sukarni dengan Soekarno- Hatta mengenai Proklamasi.
Pada 12 Agustus 1945, pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi bertemu Soekarno, Mohammad Hatta , dan Radjiman Wedyodiningrat di Dalat, Saigon, Vietnam. Dalam pertemuan itu, Terauchi mengatakan pengeboman yang dilakukan Sekutu terhadap Hiroshima dan Nagasaki serta rentetan kekalahan Jepang di Perang Asia Timur Raya menyebabkan “saudara tua” berada di ujung tanduk. Jepang tak lama lagi akan takluk oleh Sekutu.
Oleh sebab itu, Terauchi menyarankan Indonesia agar segera bersiap menyusun kemerdekaannya. “Kapan pun bangsa Indonesia siap, kemerdekaan boleh dinyatakan,” kata Terauchi. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia dinyatakan setidaknya pada 24 Agustus, seperti diungkap A.J. Sumarmo dalam Pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Pemuda Mendesak
Perdebatan itu terjadi sekira pukul 22.00 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, rumah Soekarno. Golongan pemuda bersikukuh meminta Bung Karno dan Bung Hatta menyegerakan pelaksanaan pembacaan proklamasi.
“Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!” kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota untuk mengusir tentara Jepang, sebagaimana digambarkan Lasmidjah Hardi dan Ahmad Soebardjo. Sukarni turut menimpali dengan berapi-api, “Kita harus segera merebut kekuasaan!” “Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!” seru pemuda yang lain.
Wikana mengancam, jika Bung Karno tak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia malam itu juga, akan berakibat pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok harinya. Ancaman Wikana menyulut amarah Bung Karno, dia berdiri dan mendatangi pemuda itu sembari berkata. “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!” kata Soekarno.
Bung Hatta kemudian memperingatkan Wikana, bahwa Jepang adalah masa silam. Menurut Bung Hatta, yang menjadi tantangan saat itu adalah Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjajah Indonesia. Bahkan, kata Bung Hatta, jika Wikana tak setuju dengan perkataannya dan telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, mengapa tak dirinya saja yang memproklamasikan kemerdekaan itu. “Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?” kata Bung Hatta.