TEMPO.CO, Yogyakarta - Relawan dan donatur Dapur Umum Buruh Gendong Yogyakarta mengajukan gugatan sengketa informasi kepada eks pendiri gerakan itu M Berkah Gamulya ke Komisi Informasi Daerah Yogyakarta.
Hari ini, sidang lanjutan gugatan itu kembali digelar setelah sepekan lalu digelar sidang agenda pemeriksaan awal sengketa informasi publik di Kantor Komisi Informasi Daerah Yogyakarta.
Gerakan Dapur Umum Buruh Gendong adalah gerakan yang didirikan untuk membantu buruh gendong di pasar-pasar tradisional skala besar Yogyakarta. Gerakan ini didirikan saat pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.
Mereka beroperasi sejak 19 Oktober 2020 hingga Januari 2022. Gerakan ini membagikan nasi bungkus kepada perempuan buruh gendong Pasar Beringharjo, Gamping, Giwangan, dan Kranggan yang terdampak Pandemi Covid-19.
Untuk membiayai kegiatan ini mereka membuka donasi lewat berbagai media, salah satunya adalah lewat platform kitabisa.com. Namun gerakan ini kemudian mengalami gonjang ganjing pada Januari 2022.
Lewat rapat internal pada 1 Januari 2022 para relawan mendesak Berkah Gamulya untuk membuka laporan keuangan yang selama ini diterima oleh mereka.
"Kami menuntut transparansi laporan keuangan yang tidak segera mendapat tanggapan," kata Elanto Wijoyono, perwakilan relawan dan donatur Dapur Umum Buruh Gendong pada Senin, 25 Juli 2022. Dalam rapat itu, Berkah Gamulya pun diminta mundur oleh para relawan.
Dugaan laporan keuangan selama setahun lebih yang tidak transparan itu membuat Elanto mengajukan sengketa informasi kepada Komisi Informasi Daerah Yogyakarta.
Elanto dan para penggugat menghitung dana yang terhimpun mencapai lebih dari Rp 800 juta, selain donasi dalam bentuk bahan makanan, barang, dan peminjaman kendaraan.
Donatur Tak Peroleh Perincian Penggunaan Dana
Tempo menerima surat somasi donatur yang meminta transparansi laporan penggunaan donasi terhadap M. Berkah Gamulya yang bertanda tangan 23 orang. Mereka di antaranya terdiri dari dosen, aktivis, dan pegiat sosial.
Surat tertanggal 7 April 2022 itu menyebutkan sejak awal publikasi penggalangan dana hingga kini, para donatur tidak pernah memperoleh data rinci tentang jumlah dana dan donasi barang yang terkumpul. Selain itu, mereka juga mempertanyakan penggunaan donasi tersebut.