Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seabad Taman Siswa: Nyi Hajar Dewantara, Soekarno dan Mohammad Hatta Raih Ki Hajar Dewantara Award 2022

image-gnews
Nyi Hajar Dewantara. Wikipedia
Nyi Hajar Dewantara. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga tokoh nasional mendapatkan Ki Hadjar Dewantara Award pada puncak perayaan Satu Abad Taman Siswa di Pendapa Agung Taman Siswa Yogyakarta, Ahad 3 Juli 2022. Ketiga tokoh tersebut adalah Nyi Hadjar Dewantara sebagai pendamping Ki Hadjar Dewantara, Ir Soekarno sebagai proklamator, dan Drs Mohammad Hatta selaku proklamator. 

Selain itu, agenda perayaan Seabad Taman Siswa ini pun berisikan beberapa kegiatan. Di antaranya adalah peluncuran buku, perangko, dan penandatanganan prasasti 1 Abad Taman Siswa, serta gelar budaya.

Melansir teras.id, Menteri Pendidikan Kebudayaan Ristek dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim pun memberikan sambutan secara virtual mewakili Presiden Jokowi. Menurutnya, perjuangan Tamansiswa dilakukan demi memerdekakan Indonesia dalam ranah pendidikan.

“Penjajahan waktu itu bukan bukan hanya fisik, tapi juga pembatasan pendidikan, sehingga bangsa Indonesia tidak bisa maju,” ujar Nadiem Makarim.

Lantas, bagaimanakah awal mula perjuangan para tokoh nasional mendirikan Taman Siswa pada 100 tahun yang lalu? Berikut awal mula sejarah dan penjelasannya.

Kisah Seabad Taman Siswa

Pada 3 Juli tahun 1992, pria dengan nama asli Suwardi Suryaningrat atau dikenal Ki Hajar Dewantara membangun sekolah bernama Taman Siswa di Kota Jogja, Daerah Istimewa Yogyakarta. Makna dari kata ‘taman’ ialah tempat untuk bermain atau tempat belajar, sedangkan kata ‘siswa’ berarti murid.  

Awal mula sekolah ini berdiri, Ki Hajar bersama paguyuban Sloso Kliwon merealisasi gagasan dengan memberi nama National Onderwijs Institut Taman Siswa. Di saat berdiri, Taman Siswa merupakan sekolah swasta atau disebut partikelir karena dibangun tanpa tanpa mendapatkan subsidi dari pemerintahan Belanda.

Ki Hajar dikenal kritis untuk melawan sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda. Menurutnya, metode yang dipakai Belanda hanya menanamkan sifat intelektualis, individualis, dan materialis.

Terutama dalam menilai pendidikan kolonial bersifat diskriminasi rasial atau dikhususkan untuk beberapa golongan, baik masyarakat Belanda atau pribumi keturunan priyayi.

Hal ini diperkuat oleh pembatasan yang dilakukan oleh Belanda saat itu. Mereka menganggap bahwa adanya ancaman ketika masyarakat Indonesia mampu mengakses pendidikan. Yang membuat posisi Belanda akan tergantikan di kemudian hari oleh para siswa Indonesia.

Maka dari itu pemerintah Belanda menetapkan biaya yang tinggi untuk masuk sekolah. Sistem pendidikan seperti ini memberikan pemahaman secara tidak langsung bahwa anak-anak bumiputra posisinya sebagai inferior.

Hambatan lain yang dirasakan Ki Hajar Dewantara adalah sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis. Banyak dari mereka dituntut beragam hal dengan sangat ketat sehingga belajar bukan untuk perkembangan hidup, melainkan hanya untuk mendapatkan nilai tinggi saja. Ki Hajar pun membentuk budaya tanding dari pembeda sistem pendidikan tersebut. Ia beranggapan bahwa pendidikan yang mengarah ke bangsa Timur lebih memiliki budaya lebih humanis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sistem pendidikan Taman Siswa dibuat berdasarkan kombinasi antara model pendidikan sekolah Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India. Menurutnya, sistem pendidikan ini cocok untuk diadopsi oleh anak-anak pribumi.

Selain itu, Taman Siswa mengarah kepada sifat kerakyatan yang mengarahkan kepada politik pembebasan atau kemerdekaan. Dalam rangka pembebasan tersebut, Taman Siswa mencoba membuka seluas-luasnya pendidikan bagi pribumi untuk menempuh pendidikan, khususnya untuk masyarakat jawa saat itu.

Taman Siswa pun mengubah sistem ‘perintah dan sanksi’ menjadi metode among. Melansir kebudayaan.kemdikbud.go.id, metode ini menekankan guru dapat menjadi among bagi siswa sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Kemudian, Ki Hajar menemukan istilah ‘Patrap Guru’ yang ditujukan bagi setiap guru Taman Siswa. Hal ini berdampak secara langsung kepada tingkah laku guru yang menjadi panutan bagi murid-muridnya.

Inti dari istilah ini mungkin sering kita dengar, yaitu Ing ngarsa sung tulada artinya di muka memberi contoh, Ing madya mangun karsa artinya yang di tengah membangun cita-cita, dan terkahir Tut wuri handayani yang artinya mengikuti dan mendukungnya.

Melihat kemajuan tersebut, pemerintah kolonial Belanda pun memasang tanda bahaya dengan segera menutup sekolah yang tidak menerima subsidi pemerindah melalui kebijakan Wilde Scholen Ordonnantie. Masalah lain yang dialami Taman Siswa adalah sulitanya mengurusi Pajak Rumah Tangga, Tunjangan Anak dan Pajak Upah.

Namun, Ki Hajar Dewantara bertindak cepat dengan mengirimkan surat kepada Gubernur Jenderal di Bogor, serta mampu mengatasi permasalahan lainnya. Alahasil, sampai saat ini, sekolah ini mampu berdaptasi dan melewati zaman kolonial Belanda dan Jepang. Lalu, Taman Siswa yang terletak di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, juga telah memiliki berbagai cabang di seluruh penjuru Indonesia.

FATHUR RACHMAN 

Baca: Hari Guru Nasional, Taman Siswa dan Cita-cita Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

39 menit lalu

Tingkatkan Ekosistem Pendidikan, Pemkab Kediri Gandeng PSPK

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggandeng Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) untuk mengembangkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Kediri.


Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

2 jam lalu

Immanuel Ebenezer alias Noel mengunjungi Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali di Kantor DPP Nasdem, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Februari 2023. TEMPO
Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas


Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

1 hari lalu

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo Antara/HO-Dokumentasi Pribadi
Bilang Study Tour Perlu Tetap Ada, FSGI Singgung Pengawasan hingga Biaya Siluman

Sekretaris Jenderal FSGI mengatakan study tour perlu tetap ada. Namun perlu pengawasan ketat, termasuk soal biaya.


Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

2 hari lalu

Pegadaian Peduli Transformasi Sekolah di Bengkulu

Program ini menjadi bukti komitmen PT Pegadaian dalam upaya penerapan TPB/SDGs empat tentang Pendidikan Berkualitas melalui pengembangan kapasitas guru dan manajemen Sekolah.


Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

3 hari lalu

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Ahmad Wahid bersama Kapolres Jakarta Utara Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan di Kampus STIP Marunda, Jakarta Utara, Jumat, 3 Mei 2024. Foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution/aa.
Kemenhub Tak Buka Pendaftaran Taruna STIP, Pengamat: Kalau Bisa Tutup 2 Tahun

Ki Darmaningtyas menilai perlu adanya evaluasi terhadap sistem asrama untuk taruna STIP.


Pasca-Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok Keluarkan SE Tentang Study Tour

3 hari lalu

Wali Kota Depok Mohammad Idris menjelaskan tentang program pemberian makanan tambahan usai rapat paripurna persetujuan DPRD terhadap raperda APBD Kota Depok Tahun 2024 di Gedung DPRD Kota Depok, Rabu 22 November 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Pasca-Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok Keluarkan SE Tentang Study Tour

Pasca kecelakaan bus rombongan perpisahan siswa SMK Lingga Kencana, Wali Kota Depok mengeluarkan surat edaran tentang kegiatan study tour.


Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

5 hari lalu

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Mardani Ali Sera di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (14/3/2024). ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi.
Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mardani Ali menyoroti peran penting komitmen dan investasi negara dalam mengatasi masalah di sektor pendidikan.


BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di UNDIP

5 hari lalu

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di UNDIP

BCA Menggelar Program BCA Berbagi Ilmu di Universitas Diponegoro (UNDIP) dengan tema 'Survival Leadership, Facing Uncertainties'.


15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

5 hari lalu

Ruhana Kuddus. Wikipedia
15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.


Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

7 hari lalu

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Tempo/Annisa Febiola.
Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong peningkatan pendidikan mikroelektronik untuk kuasai pasar semikonduktor.