TEMPO.CO, Jakarta -Hiruk-pikuk koalisi di Pilpres 2024 sudah mulai terasa untuk saling menjajaki bisa menampilkan Capres 2024.
Banyak partai besar yang sudah membentuk koalisi baru. Setelah adanya koalisi KIB, koalisi Semut Merah. Kini giliran PKB bersama Gerindra membuat koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
Alasan PKB menggandeng Gerindra untuk membuat suatu koalisi adalah hal yang realistis, selain itu dengan koalisi KIR memang sudah memenuhi syarat ambang batas partai mengajukan capres 2024 dan cawapres yakni 20 persen. Meski begitu, tidak menutup untuk partai lain untuk bergabung dan menjalin komunikasi.
Lantas apa aja fakta-fakta terkait koalisi Kebangkitan Indonesia Raya? Berikut ini faktanya:
- PAN mulai melaksanakan Pemilu Raya internal.
Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) mulai melaksanakan Pemilu Raya internal menjaring bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
"Sekarang PAN sedang melaksanakan Pemilu Raya untuk capres dan cawapres," kata Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional (KPPN) PAN Yandri Susanto di Banda Aceh, Sabtu 18 Juni 2022.
Pada Pemilu Raya tersebut, kata Yandri, pengurus PAN di tingkat kabupaten/kota melaksanakan rapat kerja daerah (rakerda) untuk menjaring 10 nama capres dan cawapres. Setelah 10 nama itu dikantongi, diserahkan ke PAN tingkat provinsi, kemudian DPW PAN memilih kembali enam nama untuk diusulkan ke pimpinan pusat.
"Dalam rakernas pada bulan Agustus 2022, baru kami putuskan siapa capres dan cawapres dari PAN," ujar Ketua Komisi VIII DPR RI itu.
Yandri menegaskan bahwa hal itu karena PAN sangat bersungguh-sungguh untuk mengusung kandidat melalui Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Kami optimistis, insya Allah, bisa memenangi kontestasi Pilpres 2024," katanya.
- PKB membangun koalisi dengan Partai Gerindra
Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengatakan partainya membangun koalisi dengan Partai Gerindra karena lebih realistis dan cepat dalam mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
Dia menjelaskan, koalisi PKB bersama Gerindra memang sudah memenuhi syarat ambang batas partai mengajukan pasangan capres-cawapres, yaitu 20 persen.
Namun menurut dia, PKB tetap membuka komunikasi dengan partai-partai lain, termasuk PKS dan Demokrat untuk bisa bergabung dalam koalisi.
"Koalisi semut merah (PKB, PKS, Demokrat) masih terbuka, namun di tengah komunikasi itu ternyata ada komunikasi yang baik dengan Gerindra. Kelihatannya bersama Gerindra lebih realistis dan cepat untuk pasangkan capres-cawapres, namun kami tetap buka komunikasi dengan parpol lain," kata Jazilul di Jakarta, Senin, 20 Juni 2022.
Meski menganggap koalisi dengan Gerindra lebih realistis, kata Jazil, Gerindra sepakat apabila PKB tetap menjalin komunikasi dengan parpol lain, seperti Demokrat, PKS, dan Partai NasDem untuk bergabung.
"Kami tahu PKB dan Gerindra sudah cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres dan menunjuk siapa calonnya. Namun, alangkah lebih baik jika ada parpol lain bergabung, apa yang jadi target-target dan tujuan termasuk kalau ada power sharing," ujarnya.
- Berawal dari Pertemuan Prabowo dan Cak Imin
Pada hari Sabtu 18 Juni 2022, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar menggelar pertemuan di kediaman Prabowo di Kebayoran Baru.
Pertemuan yang berlangsung selama 2 jam menghasilkan kesepakatan 2 belah pihak bahwasanya PKB dengan Gerindra dapat menyatu dalam dua tagline partai yang berbeda yaitu Kebangkitan dan Indonesia Raya.
- Masih Terbuka Untuk Parpol Lain Berkoalisi
Koalisi ini juga disebut tetap membuka peluang bagi partai lain untuk bergabung. Meskipun, koalisi tersebut juga sudah bisa mengusung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) lantaran PKB dan Gerindra telah mencapai 20 persen ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold (PT).
IDRIS BOUFAKAR
Baca : PKS Pastikan Tak Kapok dan Baper Berkoalisi dengan Gerindra