INFO NASIONAL – Pelayanan keterbukaan informasi publik merupakan tanggung jawab bersama. Kementerian Dalam Negeri memiliki tanggung jawab sebagai pembina pemerintah daerah untuk membangun keterbukaan informasi publik.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri, Suhajar Diantoro, pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Optimalisasi Tugas dan Fungsi Pemerintah Provinsi Papua Barat dalam Mewujudkan Pelayanan Informasi Publik yang Berkualitas sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik” yang berlangsung secara virtual, Selasa, 14 Juni 2022.
Menurut Suhajar, keterbukaan informasi publik menjadi hal penting yang perlu diimplementasikan. Hal ini telah ditegaskan dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia,” kata Suhajar membacakan bunyi Pasal 28F UUD 1945.
Aturan tersebut, Suhajar melanjutkan, menyiratkan makna bahwa rakyat di Indonesia memiliki hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi serta sosial. Karena itu, Pemda didorong untuk tidak menutup diri dengan wartawan, rakyat, hingga masyarakat.
Pemda bahkan harus mempublikasikan kegiatan serta program yang digagas gubernur. Kegiatan tersebut tentunya yang berbasis program sebagaimana tercantum di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tujuannya, agar rakyat dapat mengetahui pembangunan yang tengah berlangsung pada daerah tersebut.
“Sebaliknya, apabila rakyat ingin bertanya kenapa pembangunan di sini ada (dalam rencana program), ternyata tidak ada (realisasinya), itu kita wajib juga menyampaikan informasinya. Itu harus terbuka semua, kecuali ada informasi-informasi yang bersifat rahasia,” tutur dia.
Suhajar mengatakan, selama ini masih terdapat masyarakat yang mengeluhkan Pemda kurang terbuka. Hal ini disebabkan, Pemda masih kerap menyimpan data-data bersifat rahasia di kantor. Jika data tersebut memang bersifat rahasia, Suhajar mendorong hal itu dapat disimpan dengan rapat. Sebaliknya, jika data itu bersifat terbuka, Pemda diminta agar menyampaikan kepada publik.
Suhajar mengimbuhkan, sukses penyelenggaraan pemerintahan daerah ditentukan melalui tiga hal, yakni kepemimpinan kepala daerah dan DPRD, kapasitas SDM aparatur daerah, dan partisipasi atau kontrol dari rakyat.
Jika dalam penyelenggaraan pemerintahan Pemda mendapatkan kritik dari publik, maka hal itu tidak boleh diabaikan. “Jadi kita jangan antikritik. Kita harus menerima kritik itu,” ucap Suhajar. (*)