TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkap cerita bagaimana perjuangannya untuk bisa mendampingi koleganya, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii yang sedang kritis. Buya Syafii meninggal akibat serangan jantung.
"Saya sebenarnya sedang perjalanan ke Bandung pagi ini, namun baru sampai Klaten saya mendengar beliau kondisinya kritis jadi langsung putar kendaraan (ke arah Yogya)," kata Haedar, Jumat 27 Mei 2022.
Haedar pun berhasil sampai RS PKU Muhammadiyah Gamping dan berada di sisi koleganya itu 30 menit sebelum Buya wafat.
"Tim dokter sudah bekerja sebaik mungkin memberi pertolongan, kita doakan Buya khusnul kotimah," kata Haedar.
"Buya sosok yang tak pernah berhenti mengajak kita untuk menjadi negarawan sejati," kata Haedar mengenang.
Haedar mengaku mengenal Buya tak hanya sebagai sosok yang lurus di dalam organisasi Muhammadiyah tapi juga di luar.
"Buya orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika dan keadaban mulia, baik dalam internal Muhammadiyah, umat dan bangsa," kata Haedar.
Selain dikenal sangat humanis, Haedar juga mengenal Buya sosok yang tak pernah menjaga jarak dengan orang orang tak berpangkat atau punya jabatan mentereng di sekitarnya
"Buya sangat dekat dengan orang orang kecil, seperti satpam dan laimnya, siapapun yang perlu perhatian," kata dia.
Pemikiran Buya Syafii, kata Haedar tak sekedar maju dan menguasai banyak ilmu. Tapi yang terpenting bahwa wawasan Buya sangat inklusif.
"Buya juga tak pernah berhenti mengajak elit bangsa untuk menjadi negarawan sejati," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Baca: Tim Dokter Ungkap Wafatnya Buya Syafii Maarif karena Serangan Jantung Ketiga
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini