TEMPO.CO, Jakarta - Detasemen Khusus 88 Anti Teror atau Densus 88 Polri menyebut jaringan teroris Negara Islam Indonesia (NII) berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelum Pemilu 2024. Sebelumnya Densus 88 telah menangkap 16 orang anggota NII di Sumatera Barat.
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh, Al Chaidar, membeberkan bagaimana kekuatan dari jaringan NII itu. “Dari segi kekuatannya tidak lebih kuat dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD),” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 19 April 2022.
Selain itu, kata Chaidar, jumlah anggota NII tidak sampai satu persen dari penduduk Indonesia, itu dari semua faksi yang ada totalnya 18 faksi. Namun, dia melanjutkan, kelompok NII juga terkenal dengan adanya perpecahan yang misterius, itu sebabnya muncul banyaknya faksi-faksi.
Menurut Chaidar, banyak juga anggota dari faksi-faksi yang direkrut oleh Noordin M. Top di ring Banten, dan Dr Azhari di Jawa Tengah. “Faksi-faksi ini merupakan lahan subur bagi rekrutmen kelompok-kelompok teroris lain,” tutur dia.
Chaidar juga menjelaskan rencana menggulingkan pemerintah oleh NII sudah sejak dulu ada. Bahkan, kata dia, sudah sejak Desember 1949 “Mereka memang tidak setuju dengan Republik Indonesia, sejak ada 7 kata yang dicoret dari Piagam Jakarta,” katanya.
Chaidar menjelaskan pencoretan tujuh kata itu membuat Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sangat marah. Ia kemudian berusaha untuk mengembalikannya, tapi tidak bisa. Dan akhirnya mendirikan Negara Islam Indonesia di Jawa Barat.
“Kelompok NII juga sangat tidak setuju dengan penggambaran pancasila yang over simplifikasi menurut mereka,” katanya.
Namun, dia melanjutkan, 16 orang yang ditangkap di Sumatera Barat bukanlah anggota NII yang sebenarnya. “Tidak ada NII di Dharmasraya dan Tanah Datar, Sumatera Barat.”
Menurut dia, NII yang asli biasanya berkembang secara alamiah setelah dieksekusinya Kartosoewirjo. Kemudian terus berkembang menjadi tidak murni dan banyak, misalnya ada Al Zaytun di Indramayu, termasuk ada faksi-faksi yang diduga dekat dengan pemerintah, termasuk faksi Sensen Komara.
Jadi, kata Chaidar, kemungkinan yang ada di Sumatera Barat itu adalah faksi Sensen Komara dari Garut yang kemudian berkembang. “Tapi, bagi kalangan NII sendiri itu dianggap sebagai faksi buatan pemerintah, jadi bukan faksi yang natural bukan yang asli yang berkembang di dalam tubuh pergerakan NII,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Aswin Siregar mengatakan, upaya penggulingan pemerintah ini terindikasi dari barang bukti yang diperoleh setelah mereka menangkap 16 orang anggota NII di Sumatera Barat.
"Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatera Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum tahun Pemilu 2024," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 18 April 2022.
Baca: Polisi Sebut NII Ingin Gulingkan Jokowi, Pakar: Sudah dari Zaman Dahulu