TEMPO.CO, Jakarta - Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf menegaskan lembaganya tak ikut campur soal wacana penundaan pemilu. Dia menyatakan NU hanya akan menjembatani dialog diantara kedua belah pihak yang saling bersebrangan.
“PBNU hanya mendengar dan mungkin menjembatani dialog kalau dibutuhkan, tapi bukan kami yang membuat keputusan,” kata pria yang akrab disebut Gus Yahya itu di kantor PBNU, Selasa, 15 Maret 2022.
PBNU, kata dia, mempersilahkan orang-orang yang memiliki wewenang untuk membahas hal tersebut. Dia mengatakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia itu akan menerima apapun keputusannya.
"PBNU akan menerima apapun keputusan yang dibuat oleh para pemegang wewenang, dalam hal ini pemerintah, DPR dll," kata dia.
Yahya mengatakan isu penundaan pemilu sempat disinggung oleh Ketua DPR Puan Maharani. Puan menyambangi kantor PBNU pada Selasa siang, 15 Maret 2022. Menurut Yahya, Puan menyatakan sikap DPR, yaitu Pemilu tetap digelar pada 14 Februari 2024.
Sebelumnya Yahya sempat menyatakan bahwa ide penundaan pemilu masuk akal. Hal itu dia nyatakan untuk menanggapi wacana yang dilontarkan oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
"Ada usulan penundaan pemilu dan saya rasa ini masuk akal mengingat berbagai persoalan yang muncul dan dihadapi bangsa ini," kata Yahya 28 Februari lalu.
Ucapan Yahya itu sempat menimbulkan polemik karena dia dianggap mendukung wacana itu. Padahal, Yahya menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin agar wacana tersebut dibicarakan secara musyawarah.
Wacana penundaan pemilu yang dilontarkan Muhaimin itu juga mendapatkan dukungan dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Belakangan, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga ikut mendukung wacana tersebut.
Isu penundaan pemilu itu juga mendapatkan tentangan dari berbagai kalangan. Mulai dari akademisi, tokoh publik, pengamat politik hingga PDIP sebagai pendukung utama Presiden Jokowi.
Baca: Ketua DPR Puan Maharani Pastikan Pemilu 2024 Sesuai Jadwal