Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perang Aceh 118 Tahun Lalu, Ekspedisi Belanda ke Tanah Gayo, Alas dan Batak

Reporter

image-gnews
Perang Aceh. wikipedia.org
Perang Aceh. wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 8 Februari 1904 silam pasukan Korps Marechaussee te Voet alias Marsose, yang dipimpin Gotfried Coenraad Ernst (G.C.E) van Daalen memulai ekspedisi ke Tanah Gayo, Alas, dan Batak. Rangkaian Perang Aceh tersebut berujung pada pembantaian penduduk setempat.

Ekspedisi ini merupakan upaya Belanda untuk mengakhiri perlawanan rakyat Aceh yang berlangsung selama tiga dekade, termasuk menangkap Cut Nyak Dhien. Ekspedisi ke tanah Gayo dan Alas ini berawal dari laporan hasil riset Snouck Hurgronje berjudul Het Gajolan en Zijn Bewoners kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Yohannes Benedictus van Heutsz. Van Heutsz yang sangat berambisi menguasai seluruh wilayah Aceh, menunjuk van Daalen sebagai pemimpin ekspedisi itu.

Van Daalen membawa setidaknya tiga kapal besar untuk mengangkut 208 anggota Marsose. Sebagian besar anggota satuan militer yang bernaung di bawah Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) itu berasal dari orang pribumi, di antaranya dari Jawa hingga Maluku. Selain membawa pasukan, Belanda juga mengangkut sejumlah orang penting. Yaitu 10 orang perwira, 13 bintara, serta ahli geologi dan tenaga medis berkebangsaan Eropa. Tak hanya itu, Daalen juga membawa 473 orang mandor, puluhan kuli paksa, dan penunjuk jalan.

Sesampainya di Gayo, Van Daalen kemudian mengirimkan surat kepada raja-raja setempat. Dalam surat tersebut Van Daleen menghendaki raja-raja Gayo datang menghadap untuk menandatangani perjanjian takluk. Namun tak satu pun raja-raja Gayo menuruti permintaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu. Lantaran panggilan lewat surat diabaikan, Van Daalen mengutus pasukan untuk mendatangi satu per satu perkampungan di wilayah Gayo.

Pasukan Van Daalen mengancam jika para raja dan pemuka masyarakat tidak takluk, perkampungan akan diserbu. Namun rakyat Gayo tetap kukuh menolak takluk dan memilih untuk melawan. Van Daalen murka karena ditentang dan memerintahkan pasukannya untuk menumpas rakyat Gayo.

Surat Kabar Deli Courant menyebutkan, dalam peristiwa ekspedisi di salah satu desa di Gayo, ratusan warga dibantai dan menyebabkan korban tewas terdiri 313 pria, 189 wanita, dan 59 anak-anak. Aksi pembantaian berlanjut ke wilayah Suku Alas di Aceh Tenggara. Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka Asnawi Ali, mengatakan ada 2.922 orang tewas dalam tragedi itu, terdiri atas 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan, termasuk anak-anak dan orang tua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ajudan van Daalen, J.C.J. Kempees dalam laporan berjudul De tocht van Overste van Daalen door de Gajo, Alas-en Bataklanden menyebut ekspedisi militer Belanda di tanah Gayo, Alas, dan Batak itu setidaknya menelan korban nyawa hingga 4.000 orang. Dalam laporannya, Kempees menyertakan foto-foto bukti pembantaian massal rakyat Gayo maupun Alasa. Seusai penyerbuan, Van Daalen memerintahkan Kempees mengambil foto tumpukan mayat mereka.

Ekspedisi Belanda ke pedalaman Aceh berlanjut hingga ke Karo, Sumatera Utara. Peristiwa ini menjadi babak akhir Perang Aceh, di mana Cut Nyak Dhien akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Meski Cut Nyak Dien sebagai pimpinan terakhir telah ditangkap, tetapi para pejuang dan rakyat Aceh terus melawan Belanda dalam skala kecil. Perlawanan berlangsung bahkan hingga Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Baca: Hari-hari Terakhir Cut Nyak Dhien 113 Tahun Lalu, warga Sumedang Sebut Ibu Perbu

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Restoran di SCBD Ini Hadirkan Makanan Autentik Batak dengan Sentuhan Modern

5 hari lalu

Lapo Porsea (lapoporsea.com)
Restoran di SCBD Ini Hadirkan Makanan Autentik Batak dengan Sentuhan Modern

Lapo Porsea menghadirkan beragam hidangan khas Batak yang jarang ditemukan di restoran lainnya, terutama di Jakarta.


Sendratari Ramayana Pura Pakualaman Yogyakarta di Belanda Dipadati Penonton

5 hari lalu

Pementasan sendratari Ramayana dari Pura Pakualaman Yogyakarta di Het Nationale Theater, Den Haag, Belanda, 30 Oktober 2024. Foto: KBRI Belanda
Sendratari Ramayana Pura Pakualaman Yogyakarta di Belanda Dipadati Penonton

Pura Pakualaman Yogyakarta mementaskan sendratari Ramayana di Belanda. Mempromosikan budaya Yogyakarta


Indonesia Gelar Promosi Wisata Kesehatan Internasional Perdana di Belanda

10 hari lalu

KBRI di Den Haag, Belanda menghelat Indonesia Medical Wellness Tourism Promotion (IMWTP) pada 25-26 Oktober 2024.
Indonesia Gelar Promosi Wisata Kesehatan Internasional Perdana di Belanda

Indonesia menggelar acara promosi wisata kesehatan internasional pertama di Belanda.


Dukung AS dan Ukraina, Intelijen Belanda Sebut Rusia Kerahkan Pasukan dari Korea Utara

11 hari lalu

Menteri Pertahanan Belanda Ruben Brekelmans  di Kyiv, Ukraina, 6 Oktober 2024. REUTERS
Dukung AS dan Ukraina, Intelijen Belanda Sebut Rusia Kerahkan Pasukan dari Korea Utara

Intelijen Belanda mengkonfirmasi bahwa Rusia telah mengerahkan setidaknya 1.500 tentara dari Korea Utara untuk berperang dalam perang Ukraina.


Barat Kecam Pelanggaran HAM di Xinjiang, Cina: Bagaimana dengan Gaza?

13 hari lalu

Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB, Fu Cong di markas besar PBB di New York City, New York, 18 April 2024. REUTERS/Eduardo Munoz
Barat Kecam Pelanggaran HAM di Xinjiang, Cina: Bagaimana dengan Gaza?

Kecaman ini mendorong Cina balik mengecam mereka karena mengabaikan "neraka" di Jalur Gaza akibat genosida Israel, sekutu Barat.


Pekan Rempah Indonesia Digelar di Amsterdam

23 hari lalu

Kegiatan Indonesia Spice Week Amsterdam, Belanda 6-12 Oktober 2024. Foto: Istimewa
Pekan Rempah Indonesia Digelar di Amsterdam

KBRI Den Haag menggelar Pekan Rempah Indonesia di Amsterdam.


Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

26 hari lalu

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. REUTERS/Yves Herman
Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menekankan pentingnya kesiapan dalam lanskap global yang semakin bergejolak selama kunjungannya ke London


Perusahaan Asal Belanda Investasi Rp 825 Miliar Bangun Pabrik Pipa di Batang, Kepala BKPM: Pakai Teknologi Tinggi

33 hari lalu

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dalam acara peresmian pabrik perusahaan pipa asal Belanda, Wavin di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, Kamis, 3 September 2024. ANTARA/Muzdaffar Fauzan
Perusahaan Asal Belanda Investasi Rp 825 Miliar Bangun Pabrik Pipa di Batang, Kepala BKPM: Pakai Teknologi Tinggi

Rosan Roeslani meresmikan investasi pabrik perusahaan pipa asal Belanda, yakni Wavin di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.


Alasan Warga Batak di Jabar Dukung Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilkada 2024

33 hari lalu

Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menerima warga Batak yang tinggal di Jabar. ANTARA/Ali Khumaini
Alasan Warga Batak di Jabar Dukung Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilkada 2024

Dedi Mulyadi mengatakan Jawa Barat adalah provinsi toleran bagi semua masyarakat yang berasal dari mana pun.


Lapas Kelebihan Kapasitas, Ditjen PAS Uji Coba Implementasi Sanksi Alternatif Pidana untuk 2026

35 hari lalu

Ilustrasi tahanan atau narapidana kabur. shutterstock.com
Lapas Kelebihan Kapasitas, Ditjen PAS Uji Coba Implementasi Sanksi Alternatif Pidana untuk 2026

Sekretaris Ditjen PAS menyebut uji coba sanksi alternatif untuk menangani masalah mendesak kelebihan kapasitas lapas di Indonesia.