TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan antarwarga Desa Ori dan Kariuw, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, sudah mereda. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Maluku Komisaris Besar Muhamad Roem Ohoirat mengatakan masyarakat sudah tenang meski masih masih berada di tempat pengungsian.
"Saat ini sudah mereda, sementara masih di pengungsian karena sebagian besar rumah rusak," kata Roem saat dihubungi, Kamis, 27 Januari 2022.
Roem mengatakan jumlah rumah yang rusak akibat bentrok pada Selasa sore hingga Rabu lalu, belum terdata. Sebagian rumah warga rusak karena insiden pembakaran selama bentrokan terjadi.
Ratusan warga negeri Kariuw mengungsi ke Desa Aboru. Para pengungsi saat ini menempati gedung gereja Bethel, SD Negeri 1 Aboru, dan sebagian rumah masyarakat Aboru. Para pengungsi Kariuw melakukan perjalanan ke Aboru melewati hutan dengan berjalan kaki menempuh perjalanan enam hingga delapan jam.
Kerusuhan antara warga Ori dan Kariuw bermula saat salah satu warga Kariuw membuka kebun di wilayah yang berbatasan dengan Desa Ori. Seorang warga Desa Ori yang menegurnya dan mengatakan bahwa lahan itu bukan milik Kariuw. Pukul 14.30 WIT, Selasa, 25 Januari 2022 terjadi adu mulut terkait lahan tersebut antara beberapa warga setempat.
“Nah setelah itu, kedua warga itu kembali ke desanya masing-masing dan melaporkannya ke warga masyarakat kedua desanya, sehingga terjadi konsentrasi massa,” ujar Roem.
Setelah terjadi kosentrasi massa antara kedua warga Desa Ori dan Kariuw, pihak keamanan langsung turun ke lokasi. Antara lain Babinsa, Bhabinkantinmas, Anggota Satgas Pos Ramil, dan anggota Polsek Pulau Haruku. Mereka langsung merelai kedua masyarakat kedua desa tersebut.
Bentrokan itu mengakibatkan tiga orang meninggal dan dua lainnya terluka. Salah satu korban luka adalah anggota kepolisian. Saat ini, kedua korban luka tengah menjalani perawatan di rumah sakit di Ambon.
MAYA AYU PUSPITASARI | KHORY
Baca: Kapolda Maluku dan Danrem Binaiya Kunjungi Warga yang Berkonflik di Pulau Haruku