TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN memiliki beberapa kendala dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, yaitu fasilitas pengujian. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa pihaknya akan mempercepat pembangunannya.
“Kami sedang percepat membangun fasilitas produksi terbatas berstandar Good Manufacturing Processes (GMP),” ujar Handoko saat dihubungi pada Selasa, 25 Januari 2022.
Selain itu, Mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu melanjutkan, pihaknya juga mulai mempercepat pembangunan fasilitas animal BSL 3 untuk macaca hingga 80 ekor. “Kelengkapan fasilitas ini akan selesai pada kuartal dua 2022, kami harap bisa dilakukan percepatan,” katanya lagi.
Kedala lain yang dihadapi BRIN adalah sumber daya manusia yang tidak memiliki pengalaman dalam pengembangan vaksin. Karena, Handoko berujar, memang sebelumnya belum pernah ada tim periset yang berpengalaman dalam mengembangkan vaksin dari nol di Indonesia.
“Tapi perisetnya terus kerja keras, karena memang harus banyak yang dicoba untuk mendapatkan hasil yang optimal,” tutur Handoko.
Saat ini, ada tujuh tim yang sedang mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan berbagai metode. Lembaga tersebut yaitu Institut Teknologi Banding (ITB); dua tim dari Universitas Indonesia; Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman BRIN; Universitas Padjadjaran; tim LIPI yang saat ini juga sudah melebur ke dalam BRIN; dan Universitas Airlangga.
Handoko yang merupakan pakar fisika lulusan Hiroshima University itu menerangkan, dari tujuh itu, ada satu tim akan ditargetkan selesai pengembangannya tahun ini. Vaksin tersebut dikembangkan oleh tim dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya.
“Setidaknya satu dari tujuh tim kami harap bisa selesai sampai dengan mendapatkan izin darurat penggunaan vaksin atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sebelum akhir 2022,” ujar Handoko.
Handoko menerangkan bahwa tidak mudah melakukan pengembangan Vaksin Merah Putih. Menurut dia pengembangan vaksin memerlukan jam terbang yang tinggi untuk menghasilkan sel klon yang sudah terseleksi, dan di Indonesia pengalaman menjadi salah satu kendala dalam pengembangan.
“Tetapi dengan kerja keras, pengalaman teman-teman dalam dua tahun ini, serta kelengkapan fasilitas yang akan selesai pada kuartal dua 2022 kami harap bisa dilakukan percepatan,” katanya.
Baca: Vaksin Merah Putih, Kepala BRIN: Satu dari 7 Tim akan Dapat Izin Edar Tahun Ini