TEMPO.CO, Jakarta - Inisiator Ijtima Ulama dan Pemuda Islam Arief Fahrudin mengatakan dukungan mereka agar Politikus Partai Gerindra, Sandiaga Uno, menjadi Calon Presiden 2024, bukanlah upaya memecah belah.
Ia menyebut keputusan itu sudah dipikirkan dengan matang. "Itu panggilan dari ulama pemuda Islam, bahwa ini membuat bangsa menjadi lebih baik. InsyaAllah dalam perspektif ulama dan pemuda pilihannya itu," kata Arief saat dihubungi, Sabtu, 18 Desember 2021.
Menurut dia, keputusan ini muncul setelah berkali-kali diskusi. Dari penilaian mereka, Sandiaga merupakan capres yang tepat.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu dinilai dapat merangkul pemilih milenial, memiliki sifat yang baik, tidak memiliki masalah di kehidupan beragama, juga kemampuan ekonomi yang kuat. "Itu yang membuat kami punya pandangan ini. Kami tak melihat tudingan memecah belah umat di mana," kata Arief.
Deklarasi ini dilakukan Arief dengan mengatasnamakan Ijtima Ulama dan Pemuda Islam, pada 9 November 2021 lalu di Jakarta Timur. Namun belakangan, deklarasi tersebut dituding rekayasa dan merupakan upaya memecah belah umat.
Tudingan itu muncul dari kader Partai Gerindra lain, Kamarussamad. Ia mengatakan ulama seharusnya lebih fokus pada pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia. Ia juga meminta ulama fokus memperbaiki citra pondok pesantren setelah kasus pemerkosaan terhadap santriwati yang terjadi.
"Saya khawatir ada sekelompok oknum yang bekerja secara sistematis bersama Sandiaga sehingga tega lakukan eksploitasi identitas ulama," kata Kamarussamad.
Arief membantah hal ini. Selama ini ia menyebut para ulama dan pemuda Indonesia yang berbasis di pesantren juga telah bersuara dan bertindak tentang pandemi dan kasus kekerasan seksual di pondok pesantren.
Deklarasi Sandiaga untuk maju dalam Pilpres 2024, kata dia, adalah bentuk pembahasan lain yang dilakukan mereka. "Tak ada larangan selama itu diniatkan untuk kemaslahatan negara ini. Tak hanya kami juga yang sudah bicara pilpres," kata Arief.