TEMPO.CO, Batam - Akademikus, Rocky Gerung, mengatakan pidato Presiden Joko Widodo dalam forum konferensi tingkat tinggi perubahan iklim di Glasgow atau COP26, tak punya basis data.
"20 menit sebelum Presiden Jokowi pidato, seluruh menteri Eropa sudah dapat breafing dari Greenpeace tentang data deforestasi Indonesia, jadi ketika presiden pidato orang bilang bohong-bohong," ujar Rocky dalam sebuah diskusi di Batam pada Rabu, 11 November 2021.
Semua Menteri Eropa ketika itu kata Rocky, sebenarnya sudah paham arah kebijakan Indonesia dengan mengeluarkan undang-undang Omnibus law. Menurut mereka, kata Rocky, UU tersebut bukan untuk mengundang investasi tetapi alat merusak lingkungan dan hutan.
"Artinya demokrasi juga rusak dengan UU itu, tidak ada demokrasi ketika kita tidak sama-sama bernapas dengan monyet di hutan, atau kita berkicau sama burung, begitulah idealis demokrasi seharusnya," kata Rocky.
Rocky juga menyebutkan, aktivis perubahan iklim perempuan yang paling berpengaruh Greta Thunberg akan tertawa melihat pidato Jokowi di COP 26 tersebut. Karena pidato itu tidak ada basis.
"Ditambah lagi, 20 menit setelah pidato presiden Menteri KLHK mengeluarkan pernyataan di Twitter atas nama deforestasi pembangunan dilanjutkan," kata Rocky.
Hal itu membuat pidato Jokowi menurut Rocky, ada kebohongan dan membuat ribut satu eropa. "Masalah itu presiden juga diam, karena tidak tahu masalah, kita terus terjebak dalam olok-olok presiden," kata Rocky Gerung.
Baca juga: Greenpeace Sebut Pidato Jokowi Soal Perubahan Iklim Bukti Pemerintah Tak Serius