TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa G30S tidak hanya soal penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan satu perwira di Jakarta. Di Yogyakarta, dua perwira TNI AD menjadi korban peristiwa berdarah ini.
Brigjen Katamso Darmokusumo, Komandan Korem 072/Pamungkas menjadi korban Tragedi G30S 1965 di Yogyakarta. Pembunuhan terhadap Katamso terjadi ketika 7 perwira di Jakarta telah menjadi korban. Ketika Letkol Untung mendeklarasikan Dewan Revolusi di Jakarta, Katamso yang saat itu masih berpangkat kolonel mengalami belum mengambil sikap karena belum mendapatkan kepastian kabar dari pusat.
Kabar deklarasi Dewan Revolusi di Jakarta datang bersamaan dengan isu pembentukan Dewan Revolusi di Jawa Tengah. Ia pun menggelar rapat dan memutuskan untuk mengirim beberapa pasukan ke Semarang, sementara ia menghadiri rapat Pangdam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno, di Magelang pada saat itu juga.
Sepulangnya dari Magelang, upaya pembunuhan terhadap Katamso mulai tercium. Mengutip buku Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI 1965 di Yogyakarta dan Sekitarnya (2000) karya Sri Widyastuti dan Syamsul Arifin, rencana pemberontakan militer yang terafiliasi dengan Dewan Revolusi di Yogyakarta ternyata dikoordinasi oleh bawahan Katamso, yakni Mayor Mulyono.
Dalam buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, John Roosa mengisahkan bahwa Mayor Mulyono dan rekan-rekan militernya yang terafiliasi dengan Dewan Revolusi langsung mengunjungi Katamso di rumah dinasnya untuk melakukan penculikan. Mereka membawa Katamso bersama kepala stafnya, Letkol Sugiyono, ke Kentungan, sebuah daerah kecil di utara Yogyakarta. Di sanalah keduanya dihabisi dan dikubur dalam lubang yang sama.
Sementara itu, Ernawati Purwaningsih dalam sebuah dokumen militer resmi di laman bpda.jogjaprov.go.id, menjelaskan secara detail proses eksekusi Katamso. Selepas diturunkan dari mobil yang digunakan untuk menculik, Katamso digiring ke sebuah halaman kosong dengan lubang yang telah digali sebelumnya. Dengan posisi mata tertutup kain dan tangan terikat, Katamso menerima pukulan kunci mortir di kepalanya dari Sertu Alip Toyo, Komandan Regu Montir 8 Kompi Bantuan, yang bertugas menjadi eksekutor Brigjen Katamso.
Brigjen Katamso langsung tersungkur dan kepalanya bersimbah darah setelah menerima pukulan tersebut. Beberapa versi cerita menyebutkan bahwa Sertu Alip Toyo memberikan pukulan kedua untuk menghabisi Pahlawan Revolusi tragedi G30S tersebut. Sementara itu, beberapa versi lain menyebutkan bahwa Brigjen Katamso menerima lemparan batu-batu besar di tubuhnya oleh para penculiknya hingga tewas. Kawasan pembunuhan Katamso kemudian dikenal sebagai “Lubang Buaya Jogja” atau Monumen Pahlawan Pancasila Kentungan.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Tragedi G30S: KS Tubun, Bertarung Malam itu Sebelum Tembakan Menghentikannya