TEMPO Interaktif, Mimika: Pejabat Sementara Bupati Mimika meresmikan pengoperasian pesawat perintis Pilatus Porter. Pesawat berbaling-baling tunggal ini dibeli dari Pilatus Porter Aircraft Swiss Rp 18 miliar untuk penerbangan perintiis. Allo Rafra, Bupti Mimika, mengaku sering diteror sejak ia menyetujui pembelian pesawat tersebut.
Teror yang ia alami antara lain melalui pesan pendek (SMS), yang nadanya tidak setuju dengan pembelian Pilatus Poter itu. “Bahkan ada yang melaporkan saya ke Polda Papua dengan tuduhan saya korupsi,” kata Allo Rafra, Selasa (2/12).
Sejak kasus kecelakaan Twin Otter Mimika Air pada April 2005, menurutAllo, pelayanan penerbangan perintis bersubsidi dari PT Germany Trisila Air terhenti. Akibatnya, mobilitas penduduk ke wilayah pedalaman Mimika dan sekitarnya pun terganggu.
Allo memang pernah didatangi utusan Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan bahwa pembelian pesawat ini sangat mahal. “Tidak ada pesawat yang murah. Apakah selama ini pemerintah Republik Indonesia pernah menyediakan sarana transportasi ke pedalaman yang layak untuk masyarakat di wilayah terpencil?” tanya Allo.
Diakui oleh Allo, harga pesawat memang mahal, tetapi demi membuka isolasi daerah terpencil, tetap dicari jalan keluarnya. “Ada banyak lapangan terbang perintis, tetapi sampai saat ini tidak pernah didarati pesawat,” kata Allo.
Tak semua penduduk Mimika menolak kebijakan Allo. “Hari ini kami melihat bupati baru beli pesawat, kami bersyukur dan berterima kasih. Sekian tahun masyarakat pedalaman terisolir,” kata tokoh dewan Adat Amungme, Thomas Wanmang, di Bandar Udara Mozes Kilangin, Timika. Ketua DPRD Mimika Yopi Kilanginm,juga menyambut gembira. “Pembangunan dikampung terpencil bisa dipercepat," ujar Yopi Kilangin.
TJAHJONO EP