INFO NASIONAL – Kesuksesan pebulutangkis Apriyani Rahayu dan Greysia Polii meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 merupakan buah dari pola pembinaan di pelatnas Cipayung. Kini, pemantauan atlet berbakat telah melibatkan teknologi big data sehingga dapat mencari bibit baru berkualitas. Demikian pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Zainudin Amali di Jakarta, Jumat, 6 Agustus 2021.
Berbicara sebagai narasumber pada acara Selamat Pagi Indonesia, MetroTV, Zainudin Amali mengatakan bahwa penggunaan teknologi merupakan salah satu desain besar olahraga nasional. "Kami sekarang ini bekerja sama dengan satu lembaga yang memiliki big data untuk memantau talenta-talenta atlet di seluruh Indonesia serta membuat sentra-sentra pembinaan," ujarnya.
Para atlet yang berlaga di olimpiade adalah hasil dari pembinaan-pembinaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Kemenpora di beberapa provinsi dan juga dari sejumlah klub. Mereka turut memantau perkembangan calon atlet berprestasi.
"Kita persiapkan para atlet ini sejak usia dini, sejak SD hingga SMA. Setelah itu akan kita tampung dalam satu trainning camp untuk menjadi atlet junior, dan kemudian masuk menjadi atlet elit nasional yang siap kita terjunkan pada laga multieven internasional paling bergengsi, paling prestisius seperti olimpiade ini," kata Zainudin Amali.
Sentra olahraga (PPLP) di berbagai provinsi tersebut memiliki beragam bakat dan talenta untuk banyak cabang olahraga (cabor). Namun, sesuai desain olahraga nasional, Kemenpora memiliki cabor unggulan yang berpotensi menyumbang medali di even besar seperti olimpiade.
"Setelah berdiskusi dengan stakeholder terkait, akhirnya kita memutuskan akan berkonsentrasi kepada cabor yang mengandalkan tekhnik dan akurasi, seperti bulu tangkis, angkat besi, panahan, menembak dan lainnya, termasuk panjat tebing untuk Olimpiade 2024 di Paris," ucap Menpora.
Olimpiade menjadi pilihan karena pesta olahraga ini dinilai paling tinggi gaungnya, demi kebanggaan pada Merah Putih di kancah internasional. Sementara even olahraga untuk kawasan Asia merupakan even perantara, atau batu loncatan menuju olimpiade.
"Saat ini didalam desain besar olahraga nasional, olimpiade kita jadikan sasaran utama, tidak boleh lagi kita memandang olimpiade itu sama dengan Asian Games atau SEA Games, jika seperti itu kita tidak akan punya paradigma yang benar untuk pengembangan olahraga," tambah Menpora Amali.
Namun tidak menutup kemungkinan, Kemenpora akan memperluas basis-basis cabang olahraga agar potensi untuk meraih prestasi di olimpiade semakin besar. "Kalau selama ini bertumpu pada bulu tangkis dan angkat besi, (setelah itu) harus kita perluas. Untuk itu kita butuh penguatan, pembinaan mulai dari daerah sampai di tingkat nasional secara berjenjang, terstruktur, masif seluruh Indonesia," kata dia melanjutkan.
Upaya perluasan terhadap cabor lain yang berpotensi, kata Menpora, diharapkan membuka peluang terhadap prestasi yang lebih banyak. "Saya berharap kita pada olimpiade-olimpiade berikutnya bisa memastikan diri cabang-cabang olahraga yang lain yang sekarang belum bisa menyumbangkan medali insyaAllah kedepan bisa menyumbangkan medali," kata Menpora. (*)