TEMPO.CO, Jakarta - Survei Dewan Pers bersama Universitas Multimedia Nusantara menunjukkan baby boomer melihat ada perbedaan antara pemberitaan tentang Covid-19 dengan realita.
Pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, Albertus Prestianta, mengatakan sebagian generasi ini melihat pemberitaan di media menunjukkan realita. Sedangkan sisanya lainnya melihat pemberitaan tak sesuai realita.
Dewan Pers dan UMN menggelar survei dengan 1.119 responden soal pendapat mereka terhadap pemberitaan Covid-19 di media massa.
Albertus mengungkapkan, mayoritas responden mencari pemberitaan tentang Covid-19 melalui media sosial, media online, dan tv. “Mereka yang banyak ke media online didominasi generasi milenial dan Z yang jauh lebih muda ketimbang generasi sebelumnya. Distribusi di media online dan tv generasi X, dan baby boomer di Tv,” katanya pada Jumat, 30 Juli 2021.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 10,1 responden menjawab media hanya membesar-besarnya. Dari 10,1 responden itu, mayoritas merupakan generasi Z.
Kemudian sebanyak 42,6 persen responden menjawab berdasarkan berita dapat membayangkan realita, namun tidak tahu atau tidak dapat memastikan kondisi yang sebenarnya terjadi. Dari 42,6 persen, mayoritas merupakan generasi X.
Selanjutnya, pendapat responden yang menjawab ada perbedaan antara realita dengan yang diberitakan ada sebanyak 21,4 persen. Dari 21,4 persen itu, mayoritas merupakan kelompok baby boomer.
Kemudian, sebanyak 10,1 responden menjawab media hanya membesar-besarnya. Dari 10,1 responden itu, mayoritas merupakan generasi Z.
Survei ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada di seluruh wilayah Indonesia, dengan margin of error kurang dari 3 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen. Penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni, dan proses pengumpulan data 6-29 Mei 2021.
Baca juga: Survei Sebut 1 dari 2 Mahasiswa Kedokteran Siap Jadi Relawan Pandemi