TEMPO.CO, Jakarta - Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang melakukan PPKM Darurat. Berbagai kebijakan pengetatan untuk menghambat penyebaran Covid-19 pun dijalankan. Salah satunya, memberi pembatasan kepada para penjual makanan. Warung harus tutup lebih cepat. Kebijakan ini bukan hanya berdampak bagi pengusaha makanan itu, tapi juga mahasiswa yang merantau ke Yogyakarta. Kebanyakan mahasiswa memang cenderung memilih untuk membeli makan dan keluar pada malam hari.
Kesulitan untuk mencari makan dirasakan Endang Herlina, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknis Industri UPN “Veteran” Yogyakarta. Mahasiswi asal Bangkalan Madura ini kemudian mengantisipasi dengan membeli makan lebih awal dan disantap ketika waktu makan. “Tapi, aku suka lupa kalau ada PPKM Darurat, jadi kalau nggak nyemil makanan kecil ya nggak makan malam,” curhatnya.
Mahasiswa yang akrab disapa dengan Endang ini juga memiliki pengalaman unik selama PPKM Darurat. Ia pernah menjumpai warung makan yang terlihat tutup dari luar, namun ketika sudah masuk warung tersebut, di dalamnya penuh dengan orang yang sedang makan. Singkatnya, warung tersebut masih buka namun sudah terlihat tutup dari luar. “Cuma, kabar terakhir, warungnya sudah tutup karena ditegur RT dan RW daerah situ,” kata Endang.
Kesulitan untuk mencari makan juga dirasakan Eloy, mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY. Mahasiswi yang bernama lengkap Eloy Sinai Leriand ini mengeluhkan warung cepat tutup karena ia termasuk yang bergantung untuk makan di warung karena jadwal yang padat. “Karena aktivitas organisasi dan kerja paruh waktu, jadwalku cukup padat, jadi lebih suka beli makan di warung,” ujarnya.
Namun karena PPKM Darurat, mahasiswa asal Lampung ini berusaha mengantisipasi dengan rutin belanja bulanan dan memasak sendiri. “Untung depan kos ada warung jual sayur, jadi ngga susah untuk beli bahan,” kata dia. Menu andalannya ketika PPKM Darurat adalah capcai, sambel, tempe goreng, dan sup ayam.
Alternatif lain, memasak sendiri seperti yang dilakukan Gek Putu Janurdina Gayatri Raysun Putri. Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM ini, lebih memilih untuk memasak dibandingkan beli di luar. Ia senang memasak makanan yang berbahan dasar sayur, seperti oseng-oseng tempe, tumis kangkung, sop, dan tempe goreng.
Namun, sejak PPKM Darurat ini, anak kos ini tidak bisa mengunjungi kedai kopi favoritnya. Sehingga, mahasiswa asal Bali ini lebih memilih untuk membeli kopi melalui layanan pesan antar makanan berbasis online. “Iya, aku kan suka beli kopi, tapi karena PPKM Darurat ini, aku jadi sering beli kopi lewat online, cari yang banyak diskonnya,” ujar mahasiswa disapa Dina ini.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA
Baca: Catatan Hati Anak Kos Selama PPKM Darurat Yogyakarta
#Cucitangan
#Pakaimasker
#Jagajarak