TEMPO.CO, Jakarta - Bagi warga Yogyakarta mungkin tahu nama Jalan Moses Gatotkaca. Jalan ini letaknya tidak jauh dari Universitas Sanata Dharma. Tentu saja hal ini saling berhubungan sebab, Moses Gatotkaca merupakan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma yang tewas dalam demonstrasi menuntut turunnya Presiden Soehrto pada 8 Mei 1998 silam.
Peristiwa tersebut terjadi di daerah Gejayan, yang saat ini memiliki nilai historis bagi pergerakan mahasiswa, khususnya Jogja, dan kerap dinamakan peristiwa Gejayan Memanggil.
Sebelum kejadian tewasnya Moses, aksi sudah dilakukan sejak 2 April 1998. Pada saat itu mahasiswa akan melakukan long march dari kampus UGM menuju kantor DPRD Yogyakarta yang terletak di Jalan Malioboro. Rencana ini gagal setelah diketahui pihak aparat yang sudah berjaga di luar kampus.
Keesokan harinya, aparat kembali melarang mahasiswa keluar kampus untuk melakukan demonstrasi. Walaupun banyak mahasiswa yang mengindahkan larangan tersebut, tidak sedikit pula yang menerobos pagar kampus dan akhirnya bentrok dengan aparat.
Aksi kembali dilakukan satu bulan setelah pelarangan tersebut, tepatnya 5 Mei 1998. Pada demonstrasi kali ini mahasiswa tidak menghiraukan segala larangan yang telah dikatakan oleh aparat, sehingga menimbulkan bentrok fisik yang tidak terhindarkan.
Masa aksi yang tergabung dari berbagai universitas seperti, UGM, UNY, Universitas Sanata Dharma, hingga UIN Sunan Kalijaga. Berbagai peristiwa mulai mereka rasakan, mulai dari, bentrok fisik, pengejaran, hingga berujung pada penangkapan 29 orang demonstran pada 7 Mei 1998.
Puncak aksi terjadi keesokan harinya, 8 Mei 1998. Beberapa kampus sudah melakukan aksi damai sejak pukul 09.00. Sedangkan untuk aksi intinya baru dimulai setelah melakukan salat Jum’at, yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa di depan kampus UGM.
Saat demonstrasi mahasiswa itu, menuntut segera dilakukan reformasi, yang berakhir bentrok dengan aparat. Puncak bentrokan terjadi saat pukul 17.00 dan berlangsung cukup lama. Bentrok ini banyak menimbulkan luka parah bagi mahasiswa hingga memakan korban jiwa.
Moses Gatotkaca yang menjadi korban dalam bentrok tersebut, ditemukan sekitar pukul 21.00. Kondisinya ketika itu sudah tergeletak di jalan dengan tangan yang patah dan melingkar kebelakang. Selain itu, darah segar mengalir deras di telinga dan hidungnya.
Setelah mengetahui kondisi Moses, para petugas medis yang hadir dalam aksi tersebut lekas memasukkannya ke dalam ambulans dan dibawa ke RS Panti Rapih. Namun, nyawanya tidak berhasil diselamatkan, setelah ia meninggal di dalam ambulans. Menurut dokter Sudjomo Jatmiko, Moses mengalami pendarahan akibat benda tumpul.
Gejayan yang sudah menjadi simbol pergerakan bagi mahasiswa Yogyakarta, tak jauh dari Jalan Moses Gatotkaca, dikenang setelah beberapa aksi yang bergulir seperti Gejayan memanggil 2019 yang menolak RUU KPK dan pada 2020 protes terhadap kebijakan Omnibus Law.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Gejayan Memanggil dan Memori Moses Gatotkaca