Lebih lanjut, Wawan menyoroti soal rekrutmen dalam jaringan terorisme. Ia menilai orang yang sudah terpengaruh paham radikal cenderung menjauh. Mereka berpikir bahwa yang tidak seafiliasi sebagai musuh, dianggap tagut, dan wajib diperangi.
Selain memiliki sifat tertutup atau berupaya menjauh, Wawan mencermati rekrutmen anggota teroris menyasar anak muda karena dianggap masih labil. "Biasanya generasi milenial relatif tidak banyak tanggungan, keberanian lebih, dan lebih emosional dan berpikir pragmatis untuk bisa mencapai. Apalagi ada iming-iming daripada susah-susah hidup," ucapnya.
Wawan menyarankan agar milenial tidak berubah menjadi teroris lone wolf, mereka harus diberi kesibukan, kegiatan, dan aktivitas terbuka. Dengan demikian, sesuatu yang membelenggu pikirannya akan lebih terurai ketimbang diam.
Menurut Wawan, aksi intoleran maupun radikal (terorisme) akan masuk dan tumbuh subur di tengah masyarakat yang tidak kritis. Sebab, mereka akan menelan mentah informasi tanpa melakukan pengecekan kembali. "Karenanya kita selalu dorong supaya bacaan dari kaum milenial selalu dikontrol orang tua terdekat, karena orang tua yang paling paham," ujar Deputi VII Badan Intelijen Negara ini.
Baca juga: BIN: Pelaku Penyerangan di Mabes Polri Tidak Pelajari Formasi Tempur
FRISKI RIANA